Sudahkah aku bersabar

Wahai hamba-Ku,
            Aku akan selalu menguji iman-mu,
            Aku selalu mencoba kesabaran-mu.
          Katahuilah .........................................
          Pintu yang terdekat dengan-Ku adalah kesabaran-mu.
          Tiada pintu lagi diantara kamu dan diri-Ku karena ..............
          pintu-pintu lainnya dibelakang pintu kesabaran-mu.
          Wahai hamba-Ku terkasih,
          Bukankah engkau ingin selalu dekat dengan-Ku?
            Asahlah mata hatimu dan tajamkan imanmu, luaskan kesabaranmu.
            Kesabaran atas-Ku menjadikan engkau hamba yang mulia,
            Namun  ...........
            Bila saat Aku datang dalam penglihatanmu, hamba-Ku
Maka tidak ada Kemuliaan lagi, telah hancur bagaikan debu yang hilang tanpa seorangpun yang mampu melihatnya.
            Kemuliaan telah tunduk kepada Yang Maha Mulia,
            Dan ............... Yang Maha Mulia telah mendatangi hamba-Nya
SUBHANALLAH         ALLAHUAKBAR             

Jangan berharap ‘Terimakasih’

Saudara-saudaraku yang berjuang di jalan Allah
Marilah kita renungkan ucapan Ibn’Abbas, mendoakan, mengharapkan kebahagiaan orang lain tanpa mengharap terimakasih.
Ibn’Abbas berkata:
“Dalam diriku ada tiga keistimewaan: “Tidaklah hujan turun ke muka bumi, kecuali aku akan memuji Allah, dan bergembira dengan hujan yang turun meskipun aku sendiri tidak punya kambing dan unta. Tidaklah aku mendengar seorang hakim yang berlaku adi, kecuali aku akan senantiasa mendoakannya kepada Allah, walaupun aku tidak tersangkut sebuah perkara yang diputuskannya. Dan, tidaklah aku mengetahui satu ayat saja dari kitab Allah, kecuali aku inginkan orang lain juga mengetahui apa yang aku ketahui” 
Pernyataan Ibn’Abbas adalah merupakan kecintaan terhadap sesama manusia, kebaikan kepada orang lain, ataupun penuh perhatian yang diberikan kepada sesama hamba Allah. Hal ini merupakan juga penyebaran nilai-nilai kebaikan hidup sesuai dengan contoh nilai keindahan sifat Nabi Suci tanpa minta balasan ‘terimakasih’
            Allah menciptakan semuanya agar hamba-hamba-Nya selalu mengingat-Nya, mendekat kepada-Nya, serta Allah menganugerahi rezeki kepada setiap mahluk ciptaan-Nya agar kita semua bersyukur kepada-Nya akan nikmat Allah. Dengan nikmat iman dan syukur akan anugerah Allah, masih perlukah kita minta imbalan terimakasih dari lainnya, bukan kepada Sang Pencipta yang penuh dengan kasih saying.
Saudaraku, siapa saja yang kebaikannya diabaikan ataupun tidak pernah dirasakan oleh mereka yang kita tolong, bahkan dilecehkan kebaikan kita, marilah sebaiknya kita berlaku tenang, kepala dingin dengan situasi yang menghadang kita. Bukankah kita hanya mengharap pahala dan ridha Allah semata yang tak pernah habis kasih sayang-Nya.
Ajakan ini bukannya untuk meminta saudara-saudaraku meninggalkan kebaikan, namun marilah kita tetap meninggikan taqwa kita sehingga tak tergoyahkan dengan kelakuan mereka yang melecehkan pertolongan atau kebaikan kita. Bukannya tangan di atas lebih baik dari pada tangan kita di bawah?

Bagaimanakah kita mampu menghilangkan kecewa tanpa menerima terimakasih dari orang lain?
1.    Janganlah kecewa, bersedih atau gundah hati kita, bila mereka yang ditolong mengabaikan ataupun mengingkari pertolongan yang mereka terima, bahkan bisa membalas dengan menyakitkan hati. Gantilah kegundahan hati dengan berbuat baik kepada sesama manusia. Mengapa? Karena dengan berbuat baik, kita akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati dengan melihat orang yang menerima kebaikan kita terpancar kegembiraan yang mungkin karena kesukarannya ada solusi atau kita mampu meringankan beban orang yang sedang menderita. Dan yang sangat penting kita lupa akan kegundaham hati yang disebabkan orang yang kita tolong mengabaikan pertolongan kita.
2.    Berbuatlah kebaikan hanya demi ridha Allah semata. Keikhlasan kita menghilangkan sakit hati dan pahala Allah yang tak terhingga banyaknya menunggu kebaikan kita yang tanpa pamrih. In shaa Allah.
Surat Al-Lail (92); 19 – 21
“Dan tak seorang pun yang di sisinya mempunyai kenikmatan sebagaii ganjaran. Kecuali orang-orang yang mencari perkenan Tuhannya Yang Maha-luhur. Dan ia akan segera mendapat perkenan (-Nya)”
Firman Allah terebut menjelaskan kepada kita bahwa perkenan Allah adalah satu-satunya kenikmatan yang setiap hamba Allah merindukannya, karena perkenan-Nya adalah Surga baik di dunia maupun di akhirat.
Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin
3.    Isilah waktu luang yang ada dengan berbuat sesuatu yang positif. Mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada terlarut dengan pikiran kosong yang mungkin dapat menjerumuskan kita kedalam kesengsaraan. Misalnya kita bisa tergiur dengan minuman keras ataupun perbuatan nista lainnya yang dilarang Allah. 
Surat At-Taubah (9); 87
“Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan hati mereka telah tertutup, sehingga mereka tidak memahami (kebahagiaan, beriman dan berjihad)”

            Yanganlah sekali-kali hati kecewa karena yang kita bantu tidak menyatakan terimakasih. Bukanlah melakukan perbuatan baik kepada orang lain adalah merupakan ibadah kita yang mendapatkan ganjaran berlipat ganda dari Allah dan bahkan Ia mencinatai kita.

Sorga

Sorga Allah
                                    Dimanakah Sorga-Mu Ya Allah
                                    Jauhkah................................?
                                    Indahkah ...............................?
                                    Nikmatkah tinggal disana?
                                    Siapakah menjadi penghuni Sorga-Mu?

            Surat Al-Baqarah (2); 210
“Robanna aatina fiddun-yaa hasanah, wafil akhiroti hasanah, waqina ‘adzaaban-nar”
“Ya Tuhan kami, anugerahi kami kehidupan yang baik di dunia, maupun di akhirat, dan hindarkan kami dari siksa neraka”
Inilah doa dan permohonan hamba-hamba Allah yang mengharapkan kenikmatan di dunia dan akhirat. Kenikmatan itu pada hakekatnya adalah kenikmatan yang tiada taranya dan tidak bisa digambarkan dengan bahasa manusia karena kenikmatan itu bukan soal pemahaman namun soal perasaan hati nurani manusia.. Dalam iman yang kuat, taqwa yang dalam, terselip rasa knikmatan yang dirasakan karena cintanya kepada Allah SWT. jadi nikmat syukur kepada Sang Pencipta itu dirasakan di dalam hati nurani pada setiap individu yang berbeda satu sama lain.
Marilah kita memahami suatu contoh lain kesedihan yang menimpa seseorang, yaitu; misalkan dia kehilangan anak kesayangannya. Kesedihan ayah/ibu yang ditinggal buah hatinya itu akan berbeda dengan orang lain yang mendapat ujian yang sama dari Allah. Inilah perasaan hati manusia menghadapi ujian Allah Swt. Perbedaan itu terletak pada iman yang ada dalam hati sanubari mereka juga pemasrahan diri kepada Yang Maha-punya atas kehendak-Nya juga tanpa berburuk sangka kepada Allah Sang Pencipta. Mereka yang bersedih dengan keyakinan imannya akan tabah menghadapi ujian Allah, karena janji Allah sorga Allah menanti bagi mereka yang beriman dan bertaqwa. Inilah perasaan hati mereka yang yakin akan adanya hikmah dan nikmat di dalam ujian Allah.
Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin

Sorga
            Kehidupan Akhirat terdiri dua:
1.    Hidup di Sorga dikarenakan keimanan, ketaqwaan, perbuatan baik selama mereka hidup di dunia,
2.    Hidup di di Neraka. Mereka yang berada di Neraka karena keburukan yang dilakukan di dunia lebih banyak dari pada kebaikannya.
Sorga itu bermakna sangat dalam sekali sebab Sorga diterangkan seterang terangnya bahwa indera jasmanipun belum pernah melihat nikmat Sorga. Gambaran Sorga yang kita temui dalam Qur’an Suci merupakan Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai: Ini adalah gambaran orang yang yang di dalam Qur’an Suci digambarkan sebagai; a). orang beriman dan b). berbuat baik. Kedua gambaran tersebut mengandung arti, bahwa iman itu air rohani yang akan berubah menjadi sungai-sungai di Akhirat, sedangkan perbuatan baik itu yang berasal dari iman, adalah benih yang akan tumbuh menjadi pohon-pohon di Akhirat.  

Kenikmatan Sorga
            Kenikmatan yang dirasakan hamba Alah di dunia belum seberapa nikmatnya apa yang akan dirasakan bila mereka mendapatkan nikmat Sorga Akhirat. Kenikmatan Sorga Akhirat  tak dapat dibayangkan dalam kehidupan sekarang ini, karena kenikmatan itu bukannya barang-barang duniawi. Oleh karena itu, Sorga dan segala isinya tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manuisa.
Allah berfirman dalam Kitab-Nya Surat AS Sajdah (32); 17
“Maka tiada jiwa tahu apa yang tersembunyi bagi mereka tentang sesuatu yang menyegarkan; suatu ganjaran dari apa yang mereka lakukan”   
Ayat ini menggambarkan sebenarnya tentang kenikmatan Sorga berupa ganjaran dari Allah, dimana tiada jiwa yang tahu apa yang tersembunyi bagi mereka. Kenikmatan Sorga tersembunyi dimata wadag manusia; oleh karena itu, jika kenikmatan itu dilukiskan dengan kata-kata yang mengandung pengertian kenikmatan duniawi, maka itu hanyalah ibarat atau tamzil. Kata-kata tak dapat menjelaskan kepada kita sifat kenikmatan yang sebenarnya. Penjelasan Nabi Suci tentang ayat ini menunjukkan benarnya pernyataan tersebut, karena dalam surat Hadits beliau bersabda:
Allah berfirman: Bagi hamba-hamba-Ku yang tulus, telah Aku sediakan apa yang mata belum pernah melihat, dan telinga belum pernah mendengar, dan hati manusia belum pernah mengangan-angakan” (Imam Abu’Abdillah Muhammad bin Ismai’il Al-Bhukhari 59:8)   
Marilah kita renungkan ayat-ayat dibawah ini tentang kenikmatan yang diperoleh orang-orang yang tulus, yaitu mereka yang bertaqwa sepenuh hatinya.
            Surat Al-Hijr (13); 45-48).
            “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di Taman dan air mancur”
            “Masuklah di sana dengan aman, damai”
“Dan Kami akan mencabut apa yang ada dalam hati mereka berupa dendam-kesumat, (sehingga mereka) seperti saudara, (duduk) di sofa berhadap-hadapn”
            “Di sana mereka tak akan terkena lelah, dan mereka tak akan diusir dari sana”
Ini adalah Sorga kaum Muslimin. Di sana orang mengalami ketentraman jiwa, keamanan yang sempurna, aman dari ajakan hawa nafsu dan dari bahaya lain-lainnya (ayat 46). Di sana terdapat persaudaraan yang akrab dimana tidak menaruh dendam terhadap orang lain dan tak pula mengeluh karena perbuatan orang lain (ayat 47) dan akhirnya orang tak pernah merasa lelah dan letih, dan tak seorangpun kehilangan kenikmatan yang sempurna (ayat 48). Ayat ini menandakan sekali orang dimasukkan ke dalam Sorga, ia tak akan dikembalikan ke dunia. Subhanallah

Gambaran Sorga Ilahi
Surat Ar-Ra’d (13); 35
“Sorga dan Neraka dimulai dari kehidupan sekarang “Perumpamaan Sorga yang dijanjikan kepada orang yang bertaqwa. Sungai-sungai yang mengalir di dalamnya. Buah-buahannya kekal, demikian pula jumlahnya yang berlimpah. Ini adalah kesudahan orang-orang yang bertaqwa; adapun kesudahan orang-orang kafir ialah Neraka”
Hendaklah diingat bahwa Sorga yang diuraikan di sini dinyatakan dengan perumpamaan, atau tamzil. Kenikmatan Sorga, sebagaimana diterangkan dalam Hadits, adalah kenikmatan yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, belum pernah terlintas dalam hati manusia untuk mengangan-angankannya. Jadi Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai itu bukannya sungai yang manusia temui di dunia fana.
Perumpamaan terdapat pula dalam Surat Muhammad (47); 15
“Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa. Di sana ada sungai-sungai yang tak berubah menjadi busuk, dan sungai-sungai dari anggur yang lezat rasanya bagi orang-orang yang memminumnya, dan sungai sungai dari madu yang dibersihkan dan di sana mereka akan mendapat segala macam buah-buahan, dan perlindunagn dari Tuhan mereka. Samakah dengan orang yang menetap di Neraka, dan diberi minuman air yang mendidih, maka terpoton-potonglah ususnya”
Jadi air, susu, madu, bantal, singgasana, pakaian, dan perhiasan di Surga, semuanya hanyalah tamzil/perumpamaan belaka.

Kapankah kenikmatan dan hukuman Neraka di mulai?
Sorga dan Neraka dimulai dari kehidupan sekarang
Surat Al-Baqarah (2); 25
“Dan berilah kabar baik kepada orang yang beriman dan berbuat baik, bahwa mereka akan memperoleh Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi sebagian buah-buahan dari (Taman) itu, mereka berkata: Ini adalah yang diberikan kepada kami dahulu; dan mereka diberi yang serupa dengan itu, Dan di sana mereka mendapat teman yang suci dan di sana mereka menetap”
Surat Ash-Shaffat (37); 41
            “Mereka akan mendapar rezeki yang sudah diketahui”
Surat  Muhammad (47); 6
Dan Ia akan memasukkan mereka dalam Surga, yang telah Ia perkenalkan kepada mereka”
Pada (2; 28), orang tulus dikatakan mempunyai Taman di Akhirat. Ini menunjukkan bahwa mereka telah menumbuhkan biji iman menjadi Taman yang luas, dan ini bertalian dengan hebatnya perkembangan batin mereka, atau perkembangan daya kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka. Dan setiap kali mereka disuruh mencicipi sebagian buah perbuatan baik mereka di Akhirat, mereka dapatkan buah-buahan itu merip sekali rasanya dengan buah-buahan ruhani yag mereka rasakan dalam batin di dunia. Maknanya adalah bahwa buah perbuatan adalah serupa dengan perbuatan itu sendiri. Sedangkan teman teman yang suci ialah  istri kaum muslimin yang beriman, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Yasin (36); 56-58,  
“Mereka dan istri mereka ada di tempat teduh, bersandar di atas sofa yang empuk”
Di sana mereka mendapat buah-buahan, dan mereka mendapat apa yang mereka ingini”
            Seperti dijelaskan dua ayat di atas (37; 41) dan (47: 6), bahwa rezeki yang diberikan kepada yang ada di Surga, telah dikenal sewaktu mereka di dunia, dan buah-buahan serta rezeki yang khusus diberikan kepada mereka yang tulus, yang tak dapat dijangkau oleh orang jahat. Karena selama mereka di dunia, orang jahat itu buta akan rezeki dan buah-buahan, oleh sebab itu merekapun tidak mendapatkan rezeki dan buah-buahan di Akhirat, karena mereka itu buta di dunia juga akan buta di Ahirat. Hal ini tertera dalam Surat  Bani Israil (17; 72),   
“Dan barang siapa buta di (dunia) ini, ia kan buta di Akhirat dan semakin menyimpang dari jalan”
Disini kita diberitahu bahwa mereka yang buta terhadap kebenaran di dunia, akan buta di Akhirat. Ini menunjukkan bahwa di dunia ini pula dimulai kehidupan Neraka berupa buta ruhaninya, dan Neraka di Akhirat juga berupa kebutaan. Jadi seirama dengan jiwa yang tenang yang telah menemukan ketenanagn pada Allah karena mendapatkan buah-buahan dan rezeki ruhani, dimasukkan dalam Surga di dunia.Quran berfirman: Surat  Al-Fajr (89; 27 – 30),
“Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan perasan puas, amat memuaskan hati.
Masuklah di antara hamba-hamab-Ku.
Dan masukkah ke Surga-Ku”
Ayat-ayat dr Surat ini menjelaskan tingkat tertinggi dari kemajuan ruhani manusia, berupa perasaan terteram dan puas dengan Tuhannya, dan hanya pada Tuhan sajalah  ia menemukan ketenangan, kebahagiaan dan kesenanag. Inilah yang disebut kehidupan Surga.
Manusia yang kemajuan ruhani pada tingkat terakhir ialah (muthma’innah), kesucian, kejujuran, kebenaran dan ketulusan seseorang dan tidak menghilangkan perbuatan baik terhadap orang lain, ia akan mendapat ganjaran dari Allah Yang Maha-kuasa berupa Surga di dunai dan di Akhirat. Manusia pada tingkat muthma’inah ini dengan ridla Allah mendapatkan kenikmatan Surga yang paling tinggi baik di dunia maupun di  Akhirat, seperti yang tercantum dalam :
1.    Surat  (9; 72)
Allah menjanjikan kepada kaum mukmin pria dan kauM mukmin wanita sebuah Taman yang d dalamnya mengalir sungai-sungai untuk menetap disana dan tempat tinggal yang baik di Taman yang kekal. Dan yang paling besar ilaha perkenan dari Allah. Ini adalah hasil yang paling besar
2.    Surat Yunus (10); 10
‘Doa mereka di sana ialah: ‘Maha- Suci Engkau ya Allah! Dan penghormatan mereka di sana ialah: Damai! Dan seruan mereka yang paling akhir ialah: Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam”
Surga-Mu adalah tujuan kami ya Allah




Buat mereka yang merindukan  Surga