Mengapa selalu ada ujian hidup bagiku?
Pertanyaan
yang muncul setiap saat di hati yang gundah.
Apakah ini disebabkan .......
Kebimbangan
iman yang mulai goyah
Keraguan
di sanubari yang rapuh
Kebimbangan
melanda jiwa
Mungkinkah
kecintaan akan Ilahi Robbi ............. mulai memudar?
Dimanakah
kemuliaan akhlak penghadang ajakan sesat setan,
sehingga merasa ujian ini tak
tertahankan melanda hidup?
Ya Allah,
bimbinglah kejalan-Mu yang benar.
Sehingga ................aku mampu dalam
ujian-Mu.
InsyaAllah,
Ya Robbi
Kita perhatikan firman Tuhan bagi
umat-Nya.
“Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja karena mereka berkata,
kami beriman, dan mereka tidak akan diuji?”
“Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah tahu
benar orang-orang tulus dan Ia tahu benar orang-orang yang tulus” Surat Al’Ankabut
(29): 2, 3.
Marilah kita perhatikan Surat di atas
ini.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan ‘Allah
tahu’ itu berkenaan dengan kejadian pada waktu diberikannya ganjaran atau
siksaan kepada seseorang atas perbuatannya yang ia lakukan. Allah tahu apa yang
akan dikerjakan oleh manusia, tetapi Allah hanya memberi ganjaran atau siksaan
setelah Allah tahu bahwa pekerjaan itu
telah dilakukan.
Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah.
Kami, semua hamba-Mu akan mendapat hasil
setelah kami melakukan pekerjaan itu. Bimbinglah kami ya Allah dalam mengarungi
ujian pemberian-Mu. Tidak satupun hamba-hamba-Mu ini terlewatkan dengan
ujian-Mu. Engkau ya Allah selalu menginginkan hamba-hamba-Mu meningkatkan
derajatnya masing-masing, karena surga Ilahi menanti kami.
Semua hamba Allah mendapat ujian
Janganlah mempunyai pikiran bahwa hanya
kita saja yang mendapatkan ujian Ilahi Robbi. Marilah kita palingkan muka kita.
Alangkah tak terhitungnya orang yang sedang mendapat cobaan hidupnya. Di dunia
ini, alangkah banyaknya para orang tua yang kehilangan buah hatinya, suami atau
istri kehilangan belahan jiwa, anak-anak tidak ada ayah-ibu sebagai pendamping,
alangkah tak terhitung pula mereka yang berbaring sakit berbulan-bulan bahkan
berbaring tanpa daya menderita sakit. Belum lagi mereka yang terhimpit dalam
kesukaran hidup. Ingatlah bagaimana menderitanya Nabi Ayub as. dalam
penderitaannya. Nabi Suci dalam menyiarkan firman Allah harus menghadapi ujian
berat yang tak terhingga. Tidak hanya kita menerima ujian, namun para nabipun
mendapat ujian. Banyak pula orang yang berkedudukan tinggi yang bergelimpangan
harta, orang-orang mulia, ulama-ulamapun tidak luput dari ujian. Ujian bukan
untuk menghinakan seseorang, melainkan ujian itu diberikan untuk meningkatkan derajat seseorang. Kokohkah
iman atau tidak mampukah kita menerima ujian Allah yang menimpa diri?
Marilah kita renungkan bagaimana seorang
yang mohon agar diberikan iman yang kokoh dan perlidungan dari dosa dan mampu
menerima ujian Allah. Firman Tuhan dalam Surat
Ali’Imran (3): 193,
‘Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mendengar (seruan) seorang Penyeru yang menyeru
kepada iman, serunya; Berimanlah kepada Tuhan kamu. Maka dari itu kami beriman.
Tuhan kami, lindungilah kami dari dosa, dan hapuslah keburukan kami, dan
matikanlah kami bersama-sama orang yang tulus”
Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah. Kuatkan iman
kami dalam ujian yang Engkau berikan kepada siapapun. Siapapun kami ini, Engkau
akan memberikan ujian-Mu demi peningkatan derajat kami.
Iman akan tampak apabila menghadapi ujian
Peristiwa jatuh miskin, penderitaan
sakit yang tak terperikan, perpisahan dengan yang kita cintai, penghinaan
ataupun penyiksaan dan ujian-ujian lainnya, buatlah hal tersebut untuk suatu
peningkatan iman kita kepada Allah.
Apabila manusia mendapatkan bencana atau
ujian dari Allah, maka tersingkaplah siapa yang benar-benar kokoh imannya. Iman
yang kokoh akan terlihat saat cobaan menimpa diri seseorang muslim.
Marilah kita perhatikan contoh di bawah
ini yang sering menimpa manusia. Seseorang yang menderita sakit, berobat untuk
dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Namun dalam waktu cukup lama,
hasil belum juga tampak. Diapun dapat mencari pengobatan lainnya, namun si
penderita harus selalu ingat pengobatan itu haruslah sesuai dengan syariat
Islam, mengetahui mana yang diharamkan dan mana pula yang dihalalkan agama.
Misalkan; seorang yang menderita penyakit leukemia (kanker darah), banyak orang
berpendapat untuk menambah darah, kita bisa mengkonsumsi darah ayam ataupun
sapi dan sebangsanya untuk menambah jumlah darah merah. Janganlah dilakukan,
karena bertentangan dengan agama kita, Islam melarang makan darah. [Surat Al Ma-idah (5): 3]
Inilah rintihan hamba Allah dalam ujian-Nya;
Ya
Allah ampuni kami ya Robbi. Kuatkan iman kami dalam ujian ini dan kami ridho
menerima ujian ini, serta tunjukkan untuk mendapatkan obat-Mu. Insya Allah.
Seorang mukmin yang baik bukan
semata-mata menjalankan ibadah wajibnya secara lahiriah ataupun menjauhi
larangan-larangan-Nya, namun seorang mukmin yang sempurna imannya adalah yang
bersih hatinya dari segala bentuk pengingkaran dan keraguan terhadap Allah Yang
Maha Pemilik Semua dan bersabar dalam ujian-Nya yang diberikan kepada kita.
Banyak sekali para orang tulus ataupun
siapapun yang dalam penderitaan, musibah atau ujian menerima dengan ihklas,
karena keteguhan iman mereka dan pula meyakini bahwa setelah penderitaan
ataupun ujian pasti akan datang hikmah, rahman dan rahim Allah, dan pula bukankah
siapapun yang mampu melewati ujian-Nya akan naik derajat dihadapan Tuhannya. Subhanallah.
Bagaimana harus menyikapi ujian?
·
Siapkan
diri kita bagaikan seekor kuda yang membawa beban berat di atas punggungnya
mengiringi tuannya mengarungi lautan kehidupan yang luas, air pelepas dahaga
ataupun rumput pengisi perutnya belum tersedia. Mengapa? Beban belum laku
terjual.
·
Lihat
dan perhatikan serta rasakan juga pada penderitaan orang lain di sekitar kita
dan orang-orang terdahulu sebelumnya dalam menegakkan Islam. Ingatlah
penderitaan Nabi Muhammad saw. Beliau dilempari kotoran unta, muka Beliau
dicederai, kakinyapun dilukai, bahkan Nabi pernah makan dedaunan ketika beliau
dikepung untuk beberapa waktu lamanya. Para Rasulpun banyak mengalami
penderitaan, pengusiran dan berbagai penyiksaan. Dengan mengingat dan belajar
dari penderitaan orang lain, kita akan mampu mensyukuri nikmat Allah yang tak
terbatas yang dianugerahkan kepada kita. InsyaAllah ya Robbi.
Selanjutnya kita perhatikan
kata-kata dari Iman Ibnu jauzi* (“Al-Jauzi,
Imam Ibnu, Said Al-Khatir (edisi
Indonesia) Jakarta Mahfiroh 2006 )
“Barang
siapa yang hidup di bawah perlindungan Allah dengan jiwa yang bersih dan jernih
pada saat tenang dan damai, dia tidak dianggap sebagai pahlawan, kecuali dia tetap
tegar dan kokoh pada saat penuh bahaya. Disitulah terjadi penentuan. Allah akan
selalu memberikan cobaan kepada munusia dengan kekurangan dan kelebihan menurut
kehendaknya.
·
Sifat
sabar. Bersabar
adalah jalan yang terbaik dalam menghadapi atau menyikapi ujian. Marilah kita
selalu mohon kepada Allah dalam perlindungan-Nya serta tak lupa lebih
menebalkan iman kita disaat ujian datang. Semoga kita tetap sabar dan ridho
dengan ketentuan Tuhan serta tegar tak tergoyahkan iman kita dalam ujian-Nya.
Kita harapkan pula kepada Sang Maha Penentu akan limpahan nikmat-nikmat
(rahman-rahim Allah) sebagaimana nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepada
hamba-hamba terdahulu ataupun kekasih-kekasih-Nya. Amiin.
Namun
bagaimanapun juga kita wajib mencari solusi penyelesaiannya dengan sebaik
mungkin dalam kesabaran kita, serta mohon bimbingan Allah.
Marilah kita perhatikan ayat
satu ini; Surat Ar Ra’d (13): 11
“
...... Sesungguhnya Allah itu tak mengubah keadaan suatu bangsa, sampai mereka
mengubah keadaan mereka sendiri ........”
Jadi kita sangat yakin bahwa Ia, Tuhan
kita tidak akan mengubah apapun bagi kita. Kitalah yang harus berbuat melakukan
sesuatu bila kita ingin berubah dan lulus dalam ujian-Nya. Ujian itu bisa
berupa penyakit, kehilangan yang kita kasihi, kesempitan dalam hidup ataupun
lainnya. Jadi hanya kita yang harus cari
solusi penyelesaian ujian yang menimpa kita dengan mohon pertolongan-Nya.
Berharap kepada siapakah kami ini dalam ujian?
Dalam mencari solusi
penyelesaian, kepada siapakah kita ini meminta bantuan? Dalam kenyataan
orang-orang disekitar kita juga mengalami serupa? Setelah sudah tidak mampu
lagi kita bertahan menghadapi ujian, barulah kita sadar bahwa kita perlu
pertolongan atau kita merasa manusia yang lemah tak berdaya. Kita perlu bantuan.
Kepada siapakah kita minta pertolongan? Namun secerah harapan karena iman yang
terdapat dalam hati kita. Timbul harapan, ialah pertolongan dan bantuan Sang
Pencipta Yang Penuh Rahman dan Rahim. Maka dalam ujian baik itu yang kita
rasakan berat ataupun ringan datanglah kepada Sang Khalik dahulu. Perhatikan
firman Allah tentang keutamaan orang beriman.
·
[Surat Ali ‘Imran (3); 139]
“Dan
janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula merasa susah, dan kamu akan menang
jika kamu orang mukmin”
·
[Surat An Nisa (4): 45]
“Dan
Allah Allah tahu benar akan musuh-musuh kamu. Dan Allah itu sudah cukup sebagai
Penolong, dan Allah itu sudah cukup sebagai Penolong”
Subhanallah.
Wahai saudaraku, janganlah bimbang dan
susah mencari pertolongan ataupun penyelesaian ujian yang kita hadapi, karena
hanya Allah yang menjadi Pelindung dan Penolong asalkan kita adalah orang
mukmin yang teguh keimanannya. Marilah kita panjatkan permohonan kita kepada
Allah untuk bimbingan-Nya menunjukkan jalan yang benar dalam mencari solusi
penyelsaian. Karena Allah tempat kita mengabdi dan tempat kita mohon
pertolongan. [Surat Al Fatihah (1) ; 4,
5.]
Gelombang Kehidupan
Wahai hamba-Ku
Pahamilah keadaan lautan kehidupan duniamu
Pasang
dan surut gelombang mesti kau lalui
Hadapi
dengan imanmu
Ingatlah
wahai hamba-Ku
Pantai
surga-Ku menantimu
Jangan
kau takut akan panas-dingin, dahaga-lapar
Petir
menggelegar memecah kendang telingamu
Kabut
tebal menutup matamu
Kulit
tersayat perih ....campuran debu dan keringatmu melekat pekat di badanmu
Wahai
hamba-Ku yang tahan uji
Jangan
kau takut.......
Kenikmatan
surga di depan mata hati kesabaranmu
Amiin Ya Rabbi
Buat
anak-anakku. Janganlah kau takut menghadapi ujian Allah. Tempat penyelesaian
dan tempat kamu bersandar hanya pada Tuhan Sekalian Alam