Sudahkah aku bersabar

Wahai hamba-Ku,
            Aku akan selalu menguji iman-mu,
            Aku selalu mencoba kesabaran-mu.
          Katahuilah .........................................
          Pintu yang terdekat dengan-Ku adalah kesabaran-mu.
          Tiada pintu lagi diantara kamu dan diri-Ku karena ..............
          pintu-pintu lainnya dibelakang pintu kesabaran-mu.
          Wahai hamba-Ku terkasih,
          Bukankah engkau ingin selalu dekat dengan-Ku?
            Asahlah mata hatimu dan tajamkan imanmu, luaskan kesabaranmu.
            Kesabaran atas-Ku menjadikan engkau hamba yang mulia,
            Namun  ...........
            Bila saat Aku datang dalam penglihatanmu, hamba-Ku
Maka tidak ada Kemuliaan lagi, telah hancur bagaikan debu yang hilang tanpa seorangpun yang mampu melihatnya.
            Kemuliaan telah tunduk kepada Yang Maha Mulia,
            Dan ............... Yang Maha Mulia telah mendatangi hamba-Nya
SUBHANALLAH         ALLAHUAKBAR             

Jangan berharap ‘Terimakasih’

Saudara-saudaraku yang berjuang di jalan Allah
Marilah kita renungkan ucapan Ibn’Abbas, mendoakan, mengharapkan kebahagiaan orang lain tanpa mengharap terimakasih.
Ibn’Abbas berkata:
“Dalam diriku ada tiga keistimewaan: “Tidaklah hujan turun ke muka bumi, kecuali aku akan memuji Allah, dan bergembira dengan hujan yang turun meskipun aku sendiri tidak punya kambing dan unta. Tidaklah aku mendengar seorang hakim yang berlaku adi, kecuali aku akan senantiasa mendoakannya kepada Allah, walaupun aku tidak tersangkut sebuah perkara yang diputuskannya. Dan, tidaklah aku mengetahui satu ayat saja dari kitab Allah, kecuali aku inginkan orang lain juga mengetahui apa yang aku ketahui” 
Pernyataan Ibn’Abbas adalah merupakan kecintaan terhadap sesama manusia, kebaikan kepada orang lain, ataupun penuh perhatian yang diberikan kepada sesama hamba Allah. Hal ini merupakan juga penyebaran nilai-nilai kebaikan hidup sesuai dengan contoh nilai keindahan sifat Nabi Suci tanpa minta balasan ‘terimakasih’
            Allah menciptakan semuanya agar hamba-hamba-Nya selalu mengingat-Nya, mendekat kepada-Nya, serta Allah menganugerahi rezeki kepada setiap mahluk ciptaan-Nya agar kita semua bersyukur kepada-Nya akan nikmat Allah. Dengan nikmat iman dan syukur akan anugerah Allah, masih perlukah kita minta imbalan terimakasih dari lainnya, bukan kepada Sang Pencipta yang penuh dengan kasih saying.
Saudaraku, siapa saja yang kebaikannya diabaikan ataupun tidak pernah dirasakan oleh mereka yang kita tolong, bahkan dilecehkan kebaikan kita, marilah sebaiknya kita berlaku tenang, kepala dingin dengan situasi yang menghadang kita. Bukankah kita hanya mengharap pahala dan ridha Allah semata yang tak pernah habis kasih sayang-Nya.
Ajakan ini bukannya untuk meminta saudara-saudaraku meninggalkan kebaikan, namun marilah kita tetap meninggikan taqwa kita sehingga tak tergoyahkan dengan kelakuan mereka yang melecehkan pertolongan atau kebaikan kita. Bukannya tangan di atas lebih baik dari pada tangan kita di bawah?

Bagaimanakah kita mampu menghilangkan kecewa tanpa menerima terimakasih dari orang lain?
1.    Janganlah kecewa, bersedih atau gundah hati kita, bila mereka yang ditolong mengabaikan ataupun mengingkari pertolongan yang mereka terima, bahkan bisa membalas dengan menyakitkan hati. Gantilah kegundahan hati dengan berbuat baik kepada sesama manusia. Mengapa? Karena dengan berbuat baik, kita akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati dengan melihat orang yang menerima kebaikan kita terpancar kegembiraan yang mungkin karena kesukarannya ada solusi atau kita mampu meringankan beban orang yang sedang menderita. Dan yang sangat penting kita lupa akan kegundaham hati yang disebabkan orang yang kita tolong mengabaikan pertolongan kita.
2.    Berbuatlah kebaikan hanya demi ridha Allah semata. Keikhlasan kita menghilangkan sakit hati dan pahala Allah yang tak terhingga banyaknya menunggu kebaikan kita yang tanpa pamrih. In shaa Allah.
Surat Al-Lail (92); 19 – 21
“Dan tak seorang pun yang di sisinya mempunyai kenikmatan sebagaii ganjaran. Kecuali orang-orang yang mencari perkenan Tuhannya Yang Maha-luhur. Dan ia akan segera mendapat perkenan (-Nya)”
Firman Allah terebut menjelaskan kepada kita bahwa perkenan Allah adalah satu-satunya kenikmatan yang setiap hamba Allah merindukannya, karena perkenan-Nya adalah Surga baik di dunia maupun di akhirat.
Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin
3.    Isilah waktu luang yang ada dengan berbuat sesuatu yang positif. Mengerjakan amalan-amalan yang bermanfaat adalah lebih baik daripada terlarut dengan pikiran kosong yang mungkin dapat menjerumuskan kita kedalam kesengsaraan. Misalnya kita bisa tergiur dengan minuman keras ataupun perbuatan nista lainnya yang dilarang Allah. 
Surat At-Taubah (9); 87
“Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan hati mereka telah tertutup, sehingga mereka tidak memahami (kebahagiaan, beriman dan berjihad)”

            Yanganlah sekali-kali hati kecewa karena yang kita bantu tidak menyatakan terimakasih. Bukanlah melakukan perbuatan baik kepada orang lain adalah merupakan ibadah kita yang mendapatkan ganjaran berlipat ganda dari Allah dan bahkan Ia mencinatai kita.

Sorga

Sorga Allah
                                    Dimanakah Sorga-Mu Ya Allah
                                    Jauhkah................................?
                                    Indahkah ...............................?
                                    Nikmatkah tinggal disana?
                                    Siapakah menjadi penghuni Sorga-Mu?

            Surat Al-Baqarah (2); 210
“Robanna aatina fiddun-yaa hasanah, wafil akhiroti hasanah, waqina ‘adzaaban-nar”
“Ya Tuhan kami, anugerahi kami kehidupan yang baik di dunia, maupun di akhirat, dan hindarkan kami dari siksa neraka”
Inilah doa dan permohonan hamba-hamba Allah yang mengharapkan kenikmatan di dunia dan akhirat. Kenikmatan itu pada hakekatnya adalah kenikmatan yang tiada taranya dan tidak bisa digambarkan dengan bahasa manusia karena kenikmatan itu bukan soal pemahaman namun soal perasaan hati nurani manusia.. Dalam iman yang kuat, taqwa yang dalam, terselip rasa knikmatan yang dirasakan karena cintanya kepada Allah SWT. jadi nikmat syukur kepada Sang Pencipta itu dirasakan di dalam hati nurani pada setiap individu yang berbeda satu sama lain.
Marilah kita memahami suatu contoh lain kesedihan yang menimpa seseorang, yaitu; misalkan dia kehilangan anak kesayangannya. Kesedihan ayah/ibu yang ditinggal buah hatinya itu akan berbeda dengan orang lain yang mendapat ujian yang sama dari Allah. Inilah perasaan hati manusia menghadapi ujian Allah Swt. Perbedaan itu terletak pada iman yang ada dalam hati sanubari mereka juga pemasrahan diri kepada Yang Maha-punya atas kehendak-Nya juga tanpa berburuk sangka kepada Allah Sang Pencipta. Mereka yang bersedih dengan keyakinan imannya akan tabah menghadapi ujian Allah, karena janji Allah sorga Allah menanti bagi mereka yang beriman dan bertaqwa. Inilah perasaan hati mereka yang yakin akan adanya hikmah dan nikmat di dalam ujian Allah.
Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin

Sorga
            Kehidupan Akhirat terdiri dua:
1.    Hidup di Sorga dikarenakan keimanan, ketaqwaan, perbuatan baik selama mereka hidup di dunia,
2.    Hidup di di Neraka. Mereka yang berada di Neraka karena keburukan yang dilakukan di dunia lebih banyak dari pada kebaikannya.
Sorga itu bermakna sangat dalam sekali sebab Sorga diterangkan seterang terangnya bahwa indera jasmanipun belum pernah melihat nikmat Sorga. Gambaran Sorga yang kita temui dalam Qur’an Suci merupakan Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai: Ini adalah gambaran orang yang yang di dalam Qur’an Suci digambarkan sebagai; a). orang beriman dan b). berbuat baik. Kedua gambaran tersebut mengandung arti, bahwa iman itu air rohani yang akan berubah menjadi sungai-sungai di Akhirat, sedangkan perbuatan baik itu yang berasal dari iman, adalah benih yang akan tumbuh menjadi pohon-pohon di Akhirat.  

Kenikmatan Sorga
            Kenikmatan yang dirasakan hamba Alah di dunia belum seberapa nikmatnya apa yang akan dirasakan bila mereka mendapatkan nikmat Sorga Akhirat. Kenikmatan Sorga Akhirat  tak dapat dibayangkan dalam kehidupan sekarang ini, karena kenikmatan itu bukannya barang-barang duniawi. Oleh karena itu, Sorga dan segala isinya tidak dapat dibayangkan oleh pikiran manuisa.
Allah berfirman dalam Kitab-Nya Surat AS Sajdah (32); 17
“Maka tiada jiwa tahu apa yang tersembunyi bagi mereka tentang sesuatu yang menyegarkan; suatu ganjaran dari apa yang mereka lakukan”   
Ayat ini menggambarkan sebenarnya tentang kenikmatan Sorga berupa ganjaran dari Allah, dimana tiada jiwa yang tahu apa yang tersembunyi bagi mereka. Kenikmatan Sorga tersembunyi dimata wadag manusia; oleh karena itu, jika kenikmatan itu dilukiskan dengan kata-kata yang mengandung pengertian kenikmatan duniawi, maka itu hanyalah ibarat atau tamzil. Kata-kata tak dapat menjelaskan kepada kita sifat kenikmatan yang sebenarnya. Penjelasan Nabi Suci tentang ayat ini menunjukkan benarnya pernyataan tersebut, karena dalam surat Hadits beliau bersabda:
Allah berfirman: Bagi hamba-hamba-Ku yang tulus, telah Aku sediakan apa yang mata belum pernah melihat, dan telinga belum pernah mendengar, dan hati manusia belum pernah mengangan-angakan” (Imam Abu’Abdillah Muhammad bin Ismai’il Al-Bhukhari 59:8)   
Marilah kita renungkan ayat-ayat dibawah ini tentang kenikmatan yang diperoleh orang-orang yang tulus, yaitu mereka yang bertaqwa sepenuh hatinya.
            Surat Al-Hijr (13); 45-48).
            “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di Taman dan air mancur”
            “Masuklah di sana dengan aman, damai”
“Dan Kami akan mencabut apa yang ada dalam hati mereka berupa dendam-kesumat, (sehingga mereka) seperti saudara, (duduk) di sofa berhadap-hadapn”
            “Di sana mereka tak akan terkena lelah, dan mereka tak akan diusir dari sana”
Ini adalah Sorga kaum Muslimin. Di sana orang mengalami ketentraman jiwa, keamanan yang sempurna, aman dari ajakan hawa nafsu dan dari bahaya lain-lainnya (ayat 46). Di sana terdapat persaudaraan yang akrab dimana tidak menaruh dendam terhadap orang lain dan tak pula mengeluh karena perbuatan orang lain (ayat 47) dan akhirnya orang tak pernah merasa lelah dan letih, dan tak seorangpun kehilangan kenikmatan yang sempurna (ayat 48). Ayat ini menandakan sekali orang dimasukkan ke dalam Sorga, ia tak akan dikembalikan ke dunia. Subhanallah

Gambaran Sorga Ilahi
Surat Ar-Ra’d (13); 35
“Sorga dan Neraka dimulai dari kehidupan sekarang “Perumpamaan Sorga yang dijanjikan kepada orang yang bertaqwa. Sungai-sungai yang mengalir di dalamnya. Buah-buahannya kekal, demikian pula jumlahnya yang berlimpah. Ini adalah kesudahan orang-orang yang bertaqwa; adapun kesudahan orang-orang kafir ialah Neraka”
Hendaklah diingat bahwa Sorga yang diuraikan di sini dinyatakan dengan perumpamaan, atau tamzil. Kenikmatan Sorga, sebagaimana diterangkan dalam Hadits, adalah kenikmatan yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, belum pernah terlintas dalam hati manusia untuk mengangan-angankannya. Jadi Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai itu bukannya sungai yang manusia temui di dunia fana.
Perumpamaan terdapat pula dalam Surat Muhammad (47); 15
“Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa. Di sana ada sungai-sungai yang tak berubah menjadi busuk, dan sungai-sungai dari anggur yang lezat rasanya bagi orang-orang yang memminumnya, dan sungai sungai dari madu yang dibersihkan dan di sana mereka akan mendapat segala macam buah-buahan, dan perlindunagn dari Tuhan mereka. Samakah dengan orang yang menetap di Neraka, dan diberi minuman air yang mendidih, maka terpoton-potonglah ususnya”
Jadi air, susu, madu, bantal, singgasana, pakaian, dan perhiasan di Surga, semuanya hanyalah tamzil/perumpamaan belaka.

Kapankah kenikmatan dan hukuman Neraka di mulai?
Sorga dan Neraka dimulai dari kehidupan sekarang
Surat Al-Baqarah (2); 25
“Dan berilah kabar baik kepada orang yang beriman dan berbuat baik, bahwa mereka akan memperoleh Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi sebagian buah-buahan dari (Taman) itu, mereka berkata: Ini adalah yang diberikan kepada kami dahulu; dan mereka diberi yang serupa dengan itu, Dan di sana mereka mendapat teman yang suci dan di sana mereka menetap”
Surat Ash-Shaffat (37); 41
            “Mereka akan mendapar rezeki yang sudah diketahui”
Surat  Muhammad (47); 6
Dan Ia akan memasukkan mereka dalam Surga, yang telah Ia perkenalkan kepada mereka”
Pada (2; 28), orang tulus dikatakan mempunyai Taman di Akhirat. Ini menunjukkan bahwa mereka telah menumbuhkan biji iman menjadi Taman yang luas, dan ini bertalian dengan hebatnya perkembangan batin mereka, atau perkembangan daya kemampuan yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka. Dan setiap kali mereka disuruh mencicipi sebagian buah perbuatan baik mereka di Akhirat, mereka dapatkan buah-buahan itu merip sekali rasanya dengan buah-buahan ruhani yag mereka rasakan dalam batin di dunia. Maknanya adalah bahwa buah perbuatan adalah serupa dengan perbuatan itu sendiri. Sedangkan teman teman yang suci ialah  istri kaum muslimin yang beriman, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Yasin (36); 56-58,  
“Mereka dan istri mereka ada di tempat teduh, bersandar di atas sofa yang empuk”
Di sana mereka mendapat buah-buahan, dan mereka mendapat apa yang mereka ingini”
            Seperti dijelaskan dua ayat di atas (37; 41) dan (47: 6), bahwa rezeki yang diberikan kepada yang ada di Surga, telah dikenal sewaktu mereka di dunia, dan buah-buahan serta rezeki yang khusus diberikan kepada mereka yang tulus, yang tak dapat dijangkau oleh orang jahat. Karena selama mereka di dunia, orang jahat itu buta akan rezeki dan buah-buahan, oleh sebab itu merekapun tidak mendapatkan rezeki dan buah-buahan di Akhirat, karena mereka itu buta di dunia juga akan buta di Ahirat. Hal ini tertera dalam Surat  Bani Israil (17; 72),   
“Dan barang siapa buta di (dunia) ini, ia kan buta di Akhirat dan semakin menyimpang dari jalan”
Disini kita diberitahu bahwa mereka yang buta terhadap kebenaran di dunia, akan buta di Akhirat. Ini menunjukkan bahwa di dunia ini pula dimulai kehidupan Neraka berupa buta ruhaninya, dan Neraka di Akhirat juga berupa kebutaan. Jadi seirama dengan jiwa yang tenang yang telah menemukan ketenanagn pada Allah karena mendapatkan buah-buahan dan rezeki ruhani, dimasukkan dalam Surga di dunia.Quran berfirman: Surat  Al-Fajr (89; 27 – 30),
“Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan perasan puas, amat memuaskan hati.
Masuklah di antara hamba-hamab-Ku.
Dan masukkah ke Surga-Ku”
Ayat-ayat dr Surat ini menjelaskan tingkat tertinggi dari kemajuan ruhani manusia, berupa perasaan terteram dan puas dengan Tuhannya, dan hanya pada Tuhan sajalah  ia menemukan ketenangan, kebahagiaan dan kesenanag. Inilah yang disebut kehidupan Surga.
Manusia yang kemajuan ruhani pada tingkat terakhir ialah (muthma’innah), kesucian, kejujuran, kebenaran dan ketulusan seseorang dan tidak menghilangkan perbuatan baik terhadap orang lain, ia akan mendapat ganjaran dari Allah Yang Maha-kuasa berupa Surga di dunai dan di Akhirat. Manusia pada tingkat muthma’inah ini dengan ridla Allah mendapatkan kenikmatan Surga yang paling tinggi baik di dunia maupun di  Akhirat, seperti yang tercantum dalam :
1.    Surat  (9; 72)
Allah menjanjikan kepada kaum mukmin pria dan kauM mukmin wanita sebuah Taman yang d dalamnya mengalir sungai-sungai untuk menetap disana dan tempat tinggal yang baik di Taman yang kekal. Dan yang paling besar ilaha perkenan dari Allah. Ini adalah hasil yang paling besar
2.    Surat Yunus (10); 10
‘Doa mereka di sana ialah: ‘Maha- Suci Engkau ya Allah! Dan penghormatan mereka di sana ialah: Damai! Dan seruan mereka yang paling akhir ialah: Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam”
Surga-Mu adalah tujuan kami ya Allah




Buat mereka yang merindukan  Surga

Jauhilah syirk dalam hidupmu

Surat Al-Ikhlas (112) ; 1 – 4
Dengan nama Allah, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.
1.    Katakan: Dia, Allah, dalah Esa
2.    Allah ialah yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya
3.    Ia tak berputra, dan tak diputrakan
4.    Dan tak ada satupun yang menyerupai Dia

Hamba-hamba-Ku
Mengapa engkau tetap ragu-ragu wahai hamba-Ku
            Firman-Ku adalah suatu kebenaran
Janganlah engkau tinggalkan Kitab Suci penuntunmu yang penuh berkah dan rahmat-Ku
Ketahuilah tidak ada Kitab Suci sesempunra Kita Suci-Ku, Al Qur’an
            Salam dan salawat jangan pula engkau tinggalkan bagi Rasul-Ku
Ditangan kanan digegamnya Qur’an dan ditangan kiri digegam tanganmu menuju surga
Surga yang ditawarkan kepadamu adalah kenikmatan dunia dan akhirat
Jangan engkau lepas tangan Rasul Muhammad yang penuh kasih demi menyelamatkan kamu dari setan yang terkutuk
Serulah nama Tuhanmu Yang Esa itu dengan nama-nama-Nya yang agung
Teguhkan tauhidmu, .... di dalamnya mengandung pengakuan dan keyakinanmu atas ke Kesaan Allah, Yang Maka-pemurah dan Maka-penyayang
Dan jauhilah syirk, karena menyembah tuhan selain Allah akan menjauhkan engkau dari kasih sayang Allah dan dosa besar ada dipundakmu        
Hilangkan syirk, maka pintu surgamu terbuka  ........dan ketahuilah .....
            Engkau SELAMAT DARI SYIRK
Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin

Apakah Syirk itu?
Surat Al-Ikhlas ini menyatakan di dalamnya tentang Ke-esaan Allah dan syirk yang kaum Muslimin harus hindari:
(Ayat 1); Katakan: Dia, Allah, adalah Esa
Lawan makna dari tahuid ialah syirk. Marilah kita resapi dahulu makna kalimat tahuid pada ayat 1 tentang Keesaan Allah yang sangat penting buat kita yaitu la ilaaha illalah. Tauhid itu mengandung arti bahwa Allah itu Esa dhat-Nya, Esa sifat--Nya, dan Esa af’al-Nya (Esa perbuatan-Nya), agar kita bisa menjaga diri dari syirk yang mungkin datang tanpa kita ketahui.
Esa dhat-Nya : ialah tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi Allah.
Esa sifat-Nya : berarti mengandung makna bahwa tak ada Dhat lain yang memiliki satu atau lebih sifat-sifat ketuhanan yang sempurna.
Esa af’al-Nya : ini mengandung arti bahwa tak seorangpun dapat melakukan pekerjaan yang telah dikerjakan oleh Allah, atau mungkin akan dilakukan oleh Allah.
Disini tertera Keesaan Allah yang mutlak yang menumbangkan segala kemusyrikan.
(Ayat 2); Allah ialah yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya
Kalam ini menyatakan bahwa hanya Tuhan yang kepada-Nya dimohon pertolongan atas segala keperluan, sehingga segala sesuatu memerlukan Dia, tetapi Dia tidak memerlukan siapapun. Pernyataan ini menolak adanya ajaran bahwa ruh dan benda itu sama kekalnya seperti Tuhan. Ajaran ini banyak di India, sedangkan Nabi Suci tak mengenalnya.          
(Ayat 3) Ia tak berputra, dan tak diputraka
Ayat ini menerangkan kekeliruan suatu agama yang menggambarkan Tuhan sebagai ayah atau anak. Ketahuilah dan yakinlah dengan sepenuh hati Allah itu esa.
(Ayat 4) Dan tak ada satupun yang menyerupai Dia
Ayat ini menolak ajaran semacam inkarnasi (Tuhan menjelma), yang menyamakan manusia biasa dengan Tuhan.

Bahaya Syirk
Dalam Kitab Suci, kata syirk digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan lain dengan Allah, baik persekutuan itu mengenai dzat-Nya, sifat-Nya ataupun af’al-Nya, maupun ketaatan yang seharusnya ditujukan hanya kepada-Nya saja. Dan Qur’an menyatakan bahwa syirk merupakan perbuatan dosa yang paling berat: Hal ini bisa kita lihat dalam:
 Surat Luqman (13); 13. Luqman memberi nasehat kepada putranya:
“Wahai putraku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu kejahatan besar”
Surat An-Nisa (4); 48.
“Sesungguhnya Allah tak memberi ampun jika Ia dipersekutukan dengan sesuatu, tetapi Ia memberi ampun apa saja selain itu, kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan Allah, ia sungguh-sungguh berbuat dosa besar”
            Syirk dianggap sebagi dosa yang paling besar dikarenakan syirk itu merusak akhlak manusia sendiri. Dan menurut Qur’an Suci manusia itu adalah khalifah (wakil) Allah di bumi yang tertera dalam firman Allah:
 Surat Al-Baqarah (2); 30
Dan tatkala Tuhan dikau berfirman kepada malaikat ; Aku akan menempatkan orang yang memerintah di bumi: mereka berkata: Apakah Engkau akan menempatkan diri jika menusia mengambil mahluk lain sebagi Tuhan dan bersujud kepadanya”
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi kekuasaan untuk menjaga mahluk Allah lainnya di bumi. Diterangkan pula dalam Qur’an Suci sejelas-jelasnya bahwa munusia diciptakan untuk memerintah di dunia.
            Surat  Al-An’am (6); 165
“Dan Dia ialah Yang membuat kamu penguasa di bumi dan Yang meninggikan derajat sebagian kamu melebihi sebagian yang lain, agar Ia menguji kamu dengan apa yang Ia berikan kepada kamu .....”
Jika manusia diciptakan untuk memerintah jagat raya, dan diberi kekuasaan untuk menaklukan segala sesuatu dan mengubah itu guna kepentingan manusia, apakah tidak menurunkan derajat sendiri jika manusia mengambil mahluk lain sebagai Tuhan, dan bersujud kepada sesuatu yang sebenarnya manusia diciptakan untuk menaklukan dan memerintahkan segala sesuatu itu?

Bentuk-bentuk Syirk
            Bentu syirk dapat kita temukan dalam,
Surat Ali ’Imran (3); 64
“...... kita tak akan menyembah kepada siapapun selain Allah, dan bahwa kita tak akan menyekutukan sesuatu dengan Dia, dan bahwa sebagian kita tak akan mengambil sebagian yang lain sebagi Tuhan selain Allah......” 
1.    Meyembah sesuatu selain Allah.
Meyembah sesuatu selain Allah yaitu misalnya menyembah patung, pohon, binatang, kuburan, benda-benda langit, kekuatan alam ataupun manusia yg dianggap setengah dewa ataupun dewa, atau pula dianggap penjelmaan Tuhan
Pada waktu datangnya Islam penyembahan berhala atau patung ini paling dicela dengan kata-kata pedas. Penyembah beranggapan bahwa patung–patung dapat mendatangkan keberuntungan atau kemalangan. Zaman sekarang ini penyembah patung menganggap patung bisa untuk memusatkan pikirannya sebagai lambang Dzat Tuhan. Ini adalah pengertian salah lebih-lebih patung yang disembah itu untuk pemusatan pikirannya bukan Tuhan sebenarnya. Pada  penyembahan benda-benda alam yang merupakan dosa besar dicela oleh Qur’an adalah penyembahan kepada matahari, bulan, bintang dan seluruh benda-benda di langit juga semua kekuatan alam yang dianggap dapat mengatur nasib manuisia.
Marilah kita perhatikan Surat (41); 37.
“Dan di antara tanda bukti-Nya ialah malam dan siang dan matahari dan bulan. Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, dan sujudlah kepada Allah yang menciptakan itu, jika kamu mengabdi kepada-Nya”  
Jadi alangkah bodohnya kita manusia yang menyembah ciptaan Allah dimana kita adalah ciptaan yang paling tinggi dari ciptaan-ciptaan Allah yang lain.
2.    Menyekutukan sesuatu dengan Allah
 Menyekutukan sesuatu dengan Allah artinya, menganggap segala sesutau itu mempunyai sifat-sifat yang sama seperti sifat Allah. Misalkan ada suatu keyakinan atau kepercayaan adanya tiga oknum ketuhanan. Ada pula kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan kejahatan berdampingan dengan Tuhan yang menciptakan kebaikan seperti para pengikut suatu agama. Ada pula yang meyakini bahwa benda dan roh itu sama kekalnya seperti Allah dan maujud sendiri.
3.Sebagian manusia menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan
Marilah kita simak pada waktu Rosulullah menjawab pertanyaan salah seorang sahabat Beliau yang bernama Adiyy bin Hatim yang sebelumnya pemeluk agama Kristen dan masuk Islam dan terdapat dalam  Surat (9); 31
“Mereka mengambil ulama mereka dan rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (pula) Al-Masih bin Maryam. Dan mereka tiada lain hanya disuruh mengabdi kepada Tuhan Yang Maha-esa – tak ada Tuhan selain Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan”
Sebagian para musafir sepakat bahwa orang-orang itu bukanlah mengambil ulama mereka dan rahib mereka sebagai Tuhan sungguh-sungguh, namun para pengikut mereka (rahib dan ulama) mengikuti segala perintah dan larangannya secara membabi buta. Oleh sebab itu mereka digambarkan sebagai orang yang menjadikan mereka sebagai Tuhan yang tidak mempunyai kesalahan bahkan dianggap sempurna, seakan-akan mereka mempunyai derajat Ketuhanan. Sahabat Nabi Adiyy bin Hatim mengatakan bahwa mereka tidak menyembah pendeta atau rahib mereka. Selanjutnya Nabi menanyakan lagi kepada sahabatnya; “Bukankah orang-orang menganggap halal apa yang dinyatakan ulama mereka, sekalipun diharamkan oleh Allah?” Adiyypun membenarkan hal ini. Jadi kaum Muslimin yang bersikap membabi buta dalam mengikuti seperti ini terhadap ulama atau kyai mereka, ini berarti berbuat kesalahan yang sama.
Astaqfirullah. Ya Allah jauhkanlah hambamu ini dari kemusyrikan.
Bimbinglah kami sehingga jauh dari dosa yang tak terampuni.

Bagaimanakah kita mampu menjauhi syirk?
            Sebagian yang perlu menjadi pegangan hidup untuk tetap jauh kemusyrikan kita, antara lain:
1.    Komitmen kita sebagai Muslim terhadap Islam
Komitmen kita sebagai Muslim terhadap Islam haruslah dipegang teguh tidak tergoyahkan terhadap apapun. Marilah kita cerna dengan seksama;
Surat Al-‘Ashar (103); 1 - 3
(1). Demi Waktu!
(2). Sesungguhnya manusia menderita rugi,
(3). Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling memberi   nasihat tentang Kebenaran, dan saling memberi nasihat tentang kesabaran.
Berdasarkan Qur’an Suci (103; 1-3), komitmen umat Islam terhadap agamanya adalah menyangkut masalah-masalah: keimanan, pengamalan, da’wah (saling mengingatkan) dan sabar, maka tak salah lagi, meskipun waktu terus bergulir, setiap orang yang berusaha mengerjakan perbuatan baik secara permanen sampai akhir berujung dikehidupannya, maka setiap detik dia tidak akan merugi. Kita sebagai umat Muhammad wajib saling mengingatkan akan Kebenaran agama yg benar yang kita imani sebagai da’wah kita., dan diikuti nasehat kesabaran, karena menyiarkan Kebenaran pasti menghadapi berbagai kesulitan, dan jika kita tidak beriman teguh, sabar serta tabah dalam menghadapi kesukaran itu, kita tidak akan dapat melaksanakan tujuan yaitu memenangkan Kebenaran Islam.
2.    Pandangan Hidup  Muslim
Manusia muslim adalah manusia yang baik fisik maupun mental ialah muslim (tunduk patuh) kepada Sang Pencipta-nya. Manusia muslim juga yang pandangan hidupnya berorientasi kepada Islam (Islam oriented), berarti dirinya selalu menyatakan “Sejak semula saya Muslim, kinipun Muslim, bahkan hingga akhir hidupku saya tetap Muslim”            Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin

Jadi ...... Mengapa saya  Muslim;
Keimanan yang sangat kokoh yang tertanam dalam kalbu, sebagai umat Muhammad akan dapat terhindar dari Syirk, karena disinilah ujian apapun akan dapat ditangkis; ujian berupa kesedihan ataupun nikmat-nikmat Allah yang tidak disyukuri itu akan bisa menjadi kerikil-kerikil tajam. Marilah kita cermati beberapa tanda-tanda pandangan hidup Muslim yang akan menambah ketebalan iman juga mendatangkan berkah bagi yang menjalankannya dan syetan akan lari menjauhi kita, serta pintu surga dunia dan akhirat terbuka bagi kita, yang berarti pula kita terhindar dari Syirk.
 Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin
a.    Pedoman hidup Muslim; adalah tuntunan yang terdapat di dalam Qur’an Suci dan Sunnah Nabi. Islam adalah agama yang benar dan paling baik
Surat Ali’Imran (3); 19, 85
            “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah ialah Islam ...... “
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidaklah akan diterima daripadanya dan di Akhirat ia termasuk golongan yang merugi”
b.    Tujuan hidup Muslim: untuk mencapai ridho Allah, juga mendapatkan salam (selamat, sejahtera, dan bahagia lahir dan batin) baik dalam kehiupan individu maupun dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Insya Allah
c.    Fungsi hidup Muslim tidak lain ialah sebagai pengemban khalifah Allah dan pengemban risalah. Sebagai khalifah Allah, manusia dengan segenap kemampuannya untuk memahami gejala-gajala alam yang diciptakan Allah untuk kemudian diolah dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan hidupnya juga berguna bagi lainnnya.
Surat Al-An’am (6); 165
“Dan Diaialah Yang membuat kamu penguasa di bumi dan Yang meninggikan derajat sebagian kamu , .....”
Sedangkan pengemban risalah, manusia Muslim mempunyai tugas atau fungsi sebagai penerus risalah Nabi Suci yaitu mengemban tugas da’wah kepada segenap manusia kepada Kebenaran yang di wahyukan dalam Qur’an Suci.
Surat Ali’Imran (3); 104)
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan yang menyeru kepada kebaikan, dan menyuruh berbuat benar dan melarang berbuat salah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”
Demikianlah dasar keyakinan Muslim yang harus dilakukan secara utuh, penuh kesadaraan serta mempunyai pandangan hidup yang Islami dalam kehidupannya di dunia demi mecapai nirwana.dan kita In shaa Allah akan terhindar dari perbuatan Syrik yang tak dapat terampuni.

Ya Allah Sang Pencipta,
            Kepada-Mu kami bersujud ......
            Dan Engkau tempat kami bergantung
            Engkau satu-satunya tujuan hidup ......  
            Ya Allah bimbinglah kami mencapai Nirwana-Mu
            Ampunan-Mu selalu kami nanti dengan hati penuh bahagia
            Tenggelamkan kemusyrikan yang datang setiap saat dari dada ......
            Dan bila saat tiba kami datang menghadap-Mu
            Khusnul khotimah menyertainya

Subhanallah

Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin

Hidup harus beriman

Aku merintih ...... merintih dalam kesedihan, kesendirian
Tidak berkawan, tidak berteman
Kesusahan mendera kalbu
Kesulitan terbantang
Permasalahan terhidang di depan mata
Bayangan diriku adalah hamba sahaya pengikut setia
Namun, ..........
Adakah ia, pengikutku bisa menolongku ........ TIDAK
                        Adakah ......... adakah aku kehilangan iman Islamku

Ya Allah, aku mohon ampunan-Mu.  Astaqfirullah

Al-Baqarah (2): 257
“Allah adalah kawan orang yang beriman. – Dia mengeluarkan mereka dari gelap kepada terang. Adapun kaum kafir kawan mereka ialah setan yang mengeluarkan mereka dari terang kepada gelap. Mereka adalah kawan Api; mereka menetap disana”
Surat AS-Sajadah (32); 18, 19
“Apaka orang beriman seperti orang yang durhaka? Mereka berbeda”
“Adapun orang yang beriman dan berbuat baik, mereka memperolah Taman, sebagai tempat berteduh -  suatu jamuan karena apa yang mereka lakukan”

Allah mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan, kegelisahan, keraguan, baik musibah-musibah, ataupun berupa kesusahan, asal mereka itu beriman, berbuat baik, dan ganjarannya menuju terang karena mendapatkan sinar Ilahi Robbi.  Itulah ganjaran surga bagi mereka yang beriman. Subhanallah

Bagaimanakah kita mampu beriman?

“Berman adalah merupakan keyakinan yang sebenarnya yang tertanam dalam kalbu kita dan selanjutnya mempraktekan atau disebut mengamalkan asas-asas yang diletakkan oleh Tuhan bagi kebaikan manusia dengan mencotoh Muhammad, Rasul Allah sebagai panutan hidup manusia. Apabila manusia mengambil asas-asas Qur’an Suci tentang peradaban dan kehidupannya   dan memakainya sebagai pedoman hidup, In shaa Allah ia pasti memetik buah kesuksesan hidup dunia dan akhirat.”

Surat Ath-Thallaq (65); 10
“Allah telah menyiapkan bagi mereka siksaan yang dahsyat, maka bertaqwalah kepada Allah wahai orang-orang yang berakal, yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan Juru Ingat kepada kamu”
Surat Yunus (10); 36
“Dan kebanyakan mereka tak mengikuti apapun kecuali selain dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tak berguna sedikitpun melawan Kebenaran. Sesungguhnya Allah itu Yang Maha-tahu apa yang mereka kerjakan”

            Dengan mengacu pada kedua ayat di atas, bahwa beriman itu tidak hanya berkeyakinan saja namun harus ada pemahaman yang merupakan proses keyakinan dengan menggunakan kecerdasan yaitu akal. Bukan sekedar ikut-ikutan atau menggunakan dugaan-dugaan. Allah berfirman bahwa ikut-ikutan dan persangkaan tidak sedikitpun mencapai kebenaran yang hakiki, banyak salahnya dari pada benarnya.
            Kebanyakan kita berpendapat, apabila sudah termasuk kedalam Rukun Iman, maka kita tidak perlu lagi mempertimbangkan secara akal. Kita percaya saja, sebab itu Rukun Iman. Meyakini dengan cara seperti itu tanpa mempertimbangkan dan mecari dengan kecerdasan atau akal kita yang dianugerahi Allah, maka kita tidak akan mendapatkan suatu keyakinan atas “beriman” yang akan In shaa Allah berpatri di dalam kalbu dan melaksanakan konsep keimanan dalam hidup kita namun hanya “percaya” saja bukan suatu keyakinan yang hakiki.
            Jadi, sekali lagi, bahwa keimanan itu adalah keyakinan yang kita peroleh  dengan menggunakan seluruh potensi akal dengan diikuti mata hati kita. Begitulah yang diajarkan oleh Allah yang Maha-agung dan luas kekuasaan-Nya, lewat firman-Nya dalam ;
Surat An-Anbiyaa (21); 56
“Ia (Ibrahim) berkata: Tidak, malahan Tuhan kamu Tuhannya langit dan bumi, Yang menciptakan itu; dan aku adalah yang nenjadi saksi atas itu

            Berdasarkan firman di atas, Allah mendorong kita untuk bisa memberikan bukti atas keyakinan kita ‘bukan dogmatis dan bukan pula doktrin’
Maka dari itulah bila kita menyatakan ‘beriman kepada Allah’, kita berkewajiban meyakini dengan sepenuh hati baik dengan kecerdasan akal kita, mata jelanjang kita  maupun mata hati kita. Lihatlah saudaraku, jasmani kita yang Allah karuniakan dengan segala kesempurnaan dan ditiupkan ruh, juga pandanglah sekitar kita dan tak lupa alam semesta ini yang luasnya, indahnya, rasanya tak terjangkau kecuali dengan iman kita, maka kia akan berseru dengan segenap hati bahwa:
 Allah itu Ada.
Allah itu Maha-kuasa
            Allah itu Maha-agung
            Allah itu Maha-mengendalikan segala peristiwa di alam semesta
Allah itu adalah Sang Pencipta. Pemelihara dan Sang Penyempurna
Allah dengan segala sifat-sifat yang agung yang dianugerahkan kepada semua hamba-Nya
Allahuakbar

            Banyak kita jumpai atau diri kita sendiri mengaku beriman yang tidak melanjuti keimanan, karena sebenarnya tidak benar-benar yakin akan Allah dengan segala Keangungan-Nya. Lihatlah mereka yang benar-benar yakin dalam beriman; mereka itu tahu bukti dan alasan mengapa mereka beriman, karena dengan beriman itu mereka yakin dengan imannya itu akan membawa pada keberhasilan dan kebahagiaan hidup sekarang maupun nanti di akhirat. 
Amiin Ya Rabb al-‘Alamin.

            Apabila kita sebagai pengikut Muhammad mempunyai iman seperti yang digambarkan di atas, insyaAllah keimanan kita akan sangat kuat dan berakar di dalam kalbu. Ini akan menimbulkan keinginan bahkan kerinduan yang sangat untuk menjalankan perintah Allah dengan hati penuh keyakinan akan datangnya kebahagiaan yang hakiki.

Dengan iman kita akan menjadi teman Allah
Untuk menjadi kawan Allah (QS. 2; 257) hamba-Nya harus mempunyai iman. Jadi beriman itu sesuatu yang sangat penting karena tujuan hidup kita adalah dekat dengan Allah Yang Maha-kasih dan Pemberi karunia yang tidak pernah berhenti.
Dengan mata hati, marilah kita cerna ayat di bawah ini dan In shaa Allah jiwa yang penuh imanpun akan merasakan rasa syukur yang tak terbilang banyaknya sebab janji Allah yang mesti benar dalam frman-Nya Surat Al-Bayyinah (98); 8
“Ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka ialah Taman kekekalan yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, menetap di sana selama-lamanya. Allah berkenan kepada mereka dan mereka juga berkenan kepada-Nya. Itu adalah bagi orang yang takut kepada Tuhannya”

Ya Allah, tanamkan iman dalam kalbuku ini untuk mendapatkan surga kekekalan. Amiin, Ya Rabb al-‘Alamin

Marilah kita ingat, renungkan dan cerna makna firman Allah yang dijanjikan serta diberikan kepada seluruh hamba-Nya yang berkeinginan mendapatkan karunia Allah berupa iman dan dekat kepada-Nya:
·        “Allah adalah kawan orang yang beriman. – Dia mengeluarkan mereka dari gelap kepada terang. ......”Surat Al-Baqarah (2): 257
·        ‘Allah adalah cahaya langit dan bumi......” Surat An-Nur (24): 35
·        “Itu berada dalam rumah yang diizinkan oleh Allah untuk diluhurkan, yang di sana diingat nama-Nya. Di sana (orang) memahasucikan Dia pada pagi dan petang hari” Surat An-Nur (24): 36
Subhanallah. 
Alangkah cintanya Allah kepada siapapun yang beriman dan yang selalu mengumandangkan memuji dengan nama-Nya baik pagi maupun petang hari, Allah mengeluarkan dari kegelapan kepada terang, dan hidup kita tidak akan hambar dalam menyongsong indahnya kehidupan karena Allah semata. Hati, jiwa dan pengamalannya dipenuhi dengan iman yang terpatri dalam kalbu.

Allahuakbar