Buah
hati Ayah,
Bila
matahari masih tetap bersinar di ufuk timur
Dan
tenggelam diujung langit
Wahai
anakku
Yakinlah
Allah tetap selalu menjaga engkau
Dia
tidak pernah tidur ataupun lalai meninggalkanmu
Buah hati
Ayah,
Bila
engkau kangen dongeng ayah tentang “Pohon rindang yang sangat baik hati”, rindu
cerita “Kancil mencuri timun”
atau
“Anak manis menolong kucing yang kehausan”
Bacalah
Alfatikah yang Ayah ajarkan kepadamu disaat menggendongmu
Ibumu
sedang apa sayang?
Apakah
dia sedang berdagang di pasar, menjahit baju pesanan?
Atau
sedang menyimak kamu membaca Al Qur’an atau mendongeng tentang Nabi-Nabi Allah
yang tetap imannya dalam perjuangannya?
Ini
semua mesti dilakukan ibu buatmu
Anakku,
hormatilah dan sayangilah Ibu sepenuh kalbumu
Di
situlah letak surgamu.
Buah
hati Ayah
Bila
dua puluh tahun berlalu,
Sebesar
apakah engkau saat itu nanti?
Engkau
mesti sudah menjadi pemuda ganteng berumur dua puluh lima tahun.
Permata
hatiku,
Bila
tiba saatnya engkau menjadi pendamping seorang istri
yang kelak
dia menjadi ibu bagi anak-anakmu (itu adalah cucu-cucu ayah)
Jadilah
imam serta teladan untuk mereka.
Selamat
berjuang di jalan Allah
(Catatan
kecil di bawah lipatan mekena Ibu tercinta)
Baktiku padamu Ibu, surga bagiku
Alangkah
menusuk hati yang paling
dalam ungkapan dari seorang anak laki-laki yang sangat menghormati ibu, karena yakin
surganya adalah bakti dirinya kepada ibunya. Digegamnya tangan ibundanya yang
kasar karena bekerja bagi dirinya, membuat dirinya jadi manusia yang diharapkan
yaitu mampu berbuat baik bagi sesamanya.
“Ya
Allah sembuhkan ibuku ini. Berilah hamba-Mu ini kesempatan karena, hambamu yang
hina belum pernah setitik airpun memberikan kebahagiaan baginya. Tangannya yang
kasar, wajahnya penuh kerutan namun penuh kedamaian dan keikhlasan karena ujian
dari-Mu membuatnya tegar meskipun badan makin rapuh karena dimakan usia dan kerja
kerasnya bagi buah hatinya”, mohonnya.
“Ibu,
saya datang membawa pengganti cincinmu yang ibu jual untuk membayar ujian akhir
SMU. Ibu, maafkan, baru sekarang saya mampu menggantinya. Lihatlah ibu, saya
sudah menjadi dokter yang selalu kita berdua mohon kepada Allah Swt.untuk bisa
membantu orang lain. Bangunlah ibu, berita indah buatmu, bahkan saya akan
menjadi dokter didesa kita. Kita bisa menolong dan mengobati yu Nem yang selalu
membantu menemani ibu selama ini. Apakah ibu tidak merasakan tangannya yang
telah keriput dimakan usia memijat kaki ibu yang tidak pernah lelah ini? Yu Nem
ada disebelah kakimu Bu, serta tetap memijatmu dengan tangannya yang hangat
penuh kasih ”
Dirasakan
tangan ibundanya berubah menjadi hangat sedikit demi sedikit, dan mulai
menggegam tangannya meski lemah namun hangat.
Alhamdulillah
“Ibu,
kutemukan lipatan kecil di mekena ini ibu ........yaitu tulisan ayah;
Ibu, saya sangat bangga dan diliputi kebahagiaan
karena mempunyai ayah yang sangat bijaksana meskipun hanya menemani kita selama
5 tahun. Dengan membacanya kurasakan cinta ayah
kepada kita berdua sangatlah dalam sekali karena hanya Allah dalam hati Ayah
selama mendampingi kita berdua”.
Dalam renungan terhadap ayah disertai
doa akan kesembuhan ibunya, dirasakan gegaman tangan ibundanya makin menguat. Alhamdulillah.
Ya
Robbi, Engkau telah
mengijinkan saya untuk lebih berbakti kepada Ibu, mencintainya, menghormatinya
dan bisa berterima kasih atas kerja kerasnya, bimbingannya tanpa melihat
kepentingan dirinya yang dilakukannya buat diri saya ini, anaknya semata wayang,
hanya mengemban amanat-Mu.
Ya
Allah Yang Maha Penyayang,
Engkau berikan kepada diri saya untuk lebih mensyukuri nikmat-Mu yang tidak
terhingga banyaknya dengan memberikan kepada diri saya seorang ibu mulia yang tidak
pernah meninggalkan-Mu dalam segala ujian yang datang menimpa dirinya.
Ya
Allah Yang Maha-kasih, Engkau
mencintai kami berdua untuk mendapat kesempatan lebih banyak menjalankan perintah-Mu
dan membantu mereka yang perlu kami bantu dengan kekuatan yang ada pada diri
kami sepenuh hati.
Allah
Sang Penyayang, Ibuku
tak pernah meneteskan air mata ketika ujian dari-Mu datang, hatinya tak
tergoyahkan dalam menghadapi dan menyelesaikan ujian dengan mohon ridho-Mu. Air
mata menetes apabila ditengah malam sunyi bersujud di sajadah lusuhnya karena
tuanya sesuai dengan tua umur ibuku ini”.
Digegamnya tangan ibunya dan
dirasakan denyut nadi bertambah kuat.
Ujian adalah pengukuh iman
Setiap umat mesti mendapatkan ujian atau
cobaan hidupnya. Mampukah kita lulus
atau melampauinya dgn sukses? Selalu terngiang kata-kata ibundanya: “Anakku ujian bukannya beban, namun untuk
mengukur seberapa besar imanmu dalam hidup ini. Lihatlah ada pelangi yang indah
setelah hujan reda. Angin dari langit membawa atau menghapus awan hitam untuk
menghilangkan hati murungmu. Ingat bukan ketika hujan mengguyur bumi disaat
kamu akan berangkat sekolah, dan ibu tidak mempunyai payung yang menaungi
kepalamu, namun Allah menganugerahkan kekuatan jasmanimu, seolah-olah hujan
hanya membersihkan badanmu dari kotoran? Yakinlah kasih sayang Allah selalu
dianugerahkan kepada seluruh hamba-Nya. Engkaupun mendapatkan anugerah-Nya itu.
Doa yang selalu engkau panjatkan tanpa henti untuk mendapat ridho-Nya selalu dianugerahkan
kepadamu Nak”
Selalu
terngiang suara yang penuh kasih di telinganya dan tangannya yg lembut yang
membangunkannya bila malam telah datang untuk menjalankan shalat malam untuk dilakukannya dan sang ibu tercinta mendampinginya,
“Bangunlah Nak, Allah menantimu bukalah matamu anakku, Tuhan menanti dalam
shalat malammu. Bukannya engkau ingin mendapatkan rahmat Allah yang begitu
besar sehingga hamba-Nya tak akan mampu menggedongnya karena besarnya rahmat
tersebut kecuali mereka yang bertaqwa”.
Dikenangnya
sewaktu masuk SMP, uang habis untuk membeli beras.Terasa hangat air mata
mengalir dipipinya seolah-olah ibunya berkata sewaktu nasi di wakul (tempat
nasi) habis karena beras tidak terbeli. Uang sepeserpun tak ada, tidak ada yang
menjahitkan baju ataupun hasil kebun tidak ada yang bisa dijual. “Le (panggilan anak laki-laki), ubi ini
manis, dan kata orang vitaminnya sama dengan nasi. Kita makan bersama ya”.
Ibu, kata-kata penghiburmu adalah yang
termanis dari semuanya dan dapat mengenyangkan perutku. Kemudian terdengar
suara lembut ibunya yang memohon kepada-Nya:
“Ya Allah Pelindung kami, jagalah anakku ini dan berilah rahmat kasih sayang-Mu.
Anakku ini adalah titipan- Mu yang Engkau titipkan sebagai pintu surgaku kelak disaat aku
menghadap-Mu”
Allahuakbar.
Dimasa-masa kesulitan menimpa mereka berdua, Allah selalu membuat perut
terasa kenyang serta jasmani mampu bertahan dengan kasih Allah melalui cinta
ibu.
“Ibu,
anakmu sudah menjadi dokter, marilah kita bangun Klinik Impian kita berdua yang merupakan tempat singgah bagi mereka
yang membutuhkannya”
Wahai
ibu nan mulia,
Hatimu selembut sutera
Imanmu sekokoh batu karang
Taqwamu sebagai air penghilang dahaga
Harumnya melati dan mawar
selalu di jiwamu
Kami selalu datang
menantimu diujung jalan
Untuk memandang senyum dan
menghirup harummu
Sebagai sangu dalam hidup
kami di alam ini
Ya Robbi
Lindungilah dan jagalah ibuku
Dialah panutanku karena dia khalifah-Mu
Kasih-Mu ya Allah ................................
Engkau anugerahkan Beliau kepada kami dengan
ijin-Mu
Engkau berikan kebesaran cinta-Mu bagi anaknya
Engkau tuntun tangannya dengan ridho-Mu
Ya Allah Ya Tuhanku
Temani dia dalam kesendiriannya
Hiburlah dalam kesunyiannya
Amiin Ya Robb al ‘Alamiin
Buat
Ibu yang penuh dengan cinta serta kesabaran karena Allah;
ISLAMIYATIN
SOEWINDO BINTI MANGOENDIPOERO
Wahai
ibuku, putrimu ini sangat bersyukur, bangga dan bahagia menjadi putri ibu.
25
September 1914, engkau dilahirkan oleh ibu yang mulia, eyang putriku.
Ibu,
engkau berikan air susumu karena cintamu kepada Allah Swt, juga kasihmu engkau
curahkan bagi titipan Tuhan ditanganmu.