Bekal apa yang harus dibawa?
Setiap penumpang mesti akan membawa
bekal bila ia akan bepergian kemanapaun ia akan pergi. Kita wajib menyiapkan
sebelum berangkat ikut dengan kereta yang bertujuan ke rumah Ilahi yaitu surga
dan kereta ini merupakan pilihan setiap mukmin.
Kita semua tahu betul bahwa kebaikan
moral dan rohani yang tertanam dalam kodrat manusia yang dijaga itu akan
mendapatkan kelezatan, kenikmatan yang sangat sempurna diseberang liang kubur
yaitu surga Ilahi Akhirat. Akan tetapi untuk memperkembangkannya hingga cukup
cakap berjalan menuju kearah kemajuan selanjutnya di Surga Akhirat di sana,
adalah tugas hidup di dunia wajib
dilaksanakan sebaik mungkin.
Jadi bekal apa yang kita perlukan itu?
Namun sebelum bekal disiapkan, timbul
pertanyaan selalu menggelitik diri, yaitu apakah diri ini sudah pantas duduk
dalam kereta idaman setiap insan?
Apa dan bagaimana usaha kita menjadi penumpang?
Inilah
sebagian bekal yang penting yang perlu dibawa:
- Iman
yang terpatri dalam diri kita
- Manusia
ahli perbuatan
- Sedekah
- Saling
memaafkan
I. Iman yang terpatri di hati dalam kehidupannya
akan menjadi cahaya hidup.
Iman adalah mempraktekan seperangkat
asas-asas kebenaran yang diletakkan oleh Tuhan bagi kebaikan manusia. Apabila
manusia mengambil asas-asas Qur’an Suci tentang peradaban dan kehidupan social
dan memakainya sebagai pedoman hidup, InsyaAllah ia pasti memetik buah
kesuksesan hidup dunia dan akhirat. Ini dapat merupakan bekal utama kita untuk
berangkat ikut kereta tesebut.
Marilah kita renungkan dan cerna makna
Ayat Allah yang diberikan kepada seluruh hamba-hamba-Nya yang berkeinginan
pergi kepangkuan iman dan dekat kepada-Nya:
·
“Allah adalah kawan orang yang beriman. –
Dia mengeluarkan mereka dari gelap kepada terang. ......” dan semuanya hanya karena Allah semata”
Surat Al-Baqarah (2): 257
·
‘Allah
adalah cahaya langit dan bumi......” Surat
An-Nur (24): 35
·
“Itu berada dalam rumah yang diizinkan
oleh Allah untuk diluhurkan, yang di sana diingat nama-Nya. Di sana (orang)
memahasucikan Dia pada pagi dan petang hari” Surat An-Nur (24): 36
Subhanallah.
Alangkah cintanya Allah kepada siapapun
yang beriman dan yang selalu mengumandangkan nama-Nya baik pagi maupun petang
hari. Allah mengeluarkan dari kegelapan kepada terang. Masya Allah
Ingin penulis menceritakan secuil cerita
yang sering dberikan almarhum Ayah menasehat kami, anak-anaknya:
“Wahai
anakku, bangunlah jembatan yang kokoh untuk jalan ke Surga Ilahi dengan iman
yang kokoh, berbuat baik terhadap semua mahluk Tuhan dan bersedekah yang kamu
keluarkan tanpa orang mengatahuinya, hanya karena Allah semata , dan dunia
ini adalah ladangmu mencari bekal”
Jadi ladang pahala itu tidak jauh,
sangat dekat dengan kita, bahkan di hadapan kita: yaitu dunia di mana kita berdiri ini.
II. Marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan
bimbingan Tuhan dan ridho-Nya untuk bisa menjadi manusia ahli perbuatan
yaitu manusia yang mengembangkan diri dan mengenal harga dirinya.
Beberapa
tindakan manusia ahli perbuatan yang dalam hidupnya berbuat baik sebagai bekal
untuk ikut kereta api mulia
Apa
yang ia harus lakukan?
A.
Ikatan Kekerabatan
Untuk menjawab sudah pantaskah duduk
dalam kereta? Marilah kita mulai dari dunia yang fana yang penuh dengan ujian
Allah. Dengan ujian kita berusaha untuk lulus dan ikut kereta yang pergi ke
rumah Allah dan berdekatan dengan-Nya baik di dunia maupun di akhirat.
Apa yang diperlukan untuk bekal sebagai
penumpang yang ingin ikut serta kereta api yang melaju menuju kehidupan Abadi? – Salah satunya Ikatan kekerabatan - silaturakhim!
Marilah kita perhatikan Hadis ini.
Seseorang menghentikan Nabi SAW untuk
bertanya ketika sedang dalam perjalanan:
“Katakan
kepadaku ya Rosul Allah, apa yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkan
dari api neraka? Nabi SAW menjawab: ‘Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan
siapapun atau apapun dengan-Nya. Dirikanlah salat dan bayarlah zakat, dan
pupuklah kekerabatanmu’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah.
Pupuklah hubungan kekerabatan, kita tidak
hanya akan diberkahi dan diperluas rezeki kita di dunia, namun kita akan lebih
dekat ke surga dan jauh dari panasnya api neraka jahanam.
B.
Berbaik Hatilah
Ada sebuah peribahasa Cina yang berbunyi
sebagai berikut:
Keharuman
selalu melekat pada tangan yang menyerahkan mawar
Marilah kita renungkan peribahasa ini.
Tangan mereka harum seharum mawar yang ada digengaman tangannya. Keharuman itu
bak kasih sayang sesamanya, penuh perhatian, memikirkan dan mencemaskan
saudara-saudaranya dan bertenggang rasa dalam melakukan kewajiabannya.
Ya Allah; mereka itu benar-benar memahami sabda
Nabi Suci SAW.
“Allah baik hati dan mencintai kebaikan
hati”
(Dinyatakan
sebagai hadis hasan oleh Al-Bani)
Ingatlah pula ayat Allah yang diturunkan
bagi kita semua.
“Maka celaka sekali bagi orang-orang yang
bershalat”
“Yang mereka alpa dalam shalat
mereka”
“(Yaitu) yang orang kebaikannya
dipamer-pamerkan”
“Dan mereka tak suka melakukan
perbuatan cinta kasih”
Surat
Al-Ma’un (107): 4-7
Al-Ma’un
itu berarti perbuatan cinta kasih
Di sini kita dibertahu bahwa celakalah
kita apabila shalat kita yang hanya pamer belaka (riya) dan tidak menghindahkan
cinta kasih kepada sesama mahluk Allah.
Ini terjawab pula dari sabda Nabi yang
kita cintai;
“Ketika
seorang pelacur sedang berjalan, dia merasa sangat haus. Tiba-tiba dia berjumpa
sebuah sumur. Dia turun ke dalam sumur itu untuk meminum (air). Ketika dia
keluar, dia melihat seekor anjing terengah-engah dan menjilati rumput karena
kehausan. Orang tersebut berkata dalam hatinya: “Anjing itu menderita kehausan
yang sama beratnya seperti aku tadi” Maka ia turun kembali kedalam sumur dan
mengisi sepatunya dengan air dan membawanya serta memberi minum anjing itu.
Allah berterima kasih kepadanya atas perbuatannya itu dan mengampuninya”
( HR. Bukhari dan Muslim)
Ya
Allah, dengan
memberikan air kepada seekor anjing yang sedang kehausan dapat menjadikan Allah
berterima kasih dan mengampuni dosa dengan hanya melakukan perbuatan cinta
kasih meskipun kebaikan kecil (memberi air kepada seekor anjing yang sedang
kehausan). Bukankah ini sudah pahala bagi kita? Allah berterima kasih dan mengampuni. Amiin ya Allah
Pantaslah seorang penyair Muslim, Sa’adi
menulis;
“Mendatangkan
kebahagiaan pada satu hati dengan satu perbuatan baik lebih baik dari pada
menundukkan kepala dalam doa”
III.
Bersedekah
Memberilah, maka engkau akan menerimanya.
Jika engkau punya banyak, berilah sebagian
hartamu
Jika engkau punya sedikit, berikan hatimu (Peribasa Arab)
Marilah kita baca dan renungkan ayat
Tuhan Yang Agung tentang sedekah dalam Surat
Al-Baqarah (2): 274 yang berbunyi sebagai berikut.
“Orang-orang
yang membelanjakan harta mereka pada malam hari dan siang hari, baik secara
rahasia maupun secara terbuka, mereka memperoleh ganjaran dari Tuhan mereka, dan
tak ada ketakutan akan menimpa mereka, dan mereka tak akan susah”
MasyaAllah, tidak akan ada ketakutan dan tak akan
ada duka cita atau kesusahan. Betapa damainya hati dan pikiran kita dan pula
hidup kita penuh dengan kedamaian dan tak terdapat rasa khawatir ataupun
kecewa. Itulah janji Allah bagi hamba-hambanya yang menyedekahkan sebagian
hartanya
Masih adakah berkah dari sedekah selain
tak ada ketakutan dan tak ada rasa susah?
Kita perhatikan sabda Nabi ini dari
hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim:
“Barang
siapa memberi sedekah dari harta yang diperoleh dengan cara yang halal, dan
Allah hanya menerima yang halal saja, meski hanya berupa sebesar kurma. Allah
akan menerima sedekah itu dengan (tangan) kanan-Nya lalu membesarkan balasan
untuk sedekah itu bagi orang (yang memberi), persis sebagaiman kalian
memelihara seekor anak kuda (yang semakin lama semakin besar), demikianlah
sedekah itu akan menjadi sebesar gunung”
Subhanallah, hanya dengan menyedekahkan yang setara
dengan sebiji kurma namun balasan yang akan diterimanya adalah sebesar gunung.
Namun haruslah diingat bahwa Allah hanya menerima sedekah yang diperoleh secara
halal.
IV. Saling memaafkan
Marilah kita
perhatikan Hadis Nabi yang diriwayatkan ‘Muslim’
Diriwayatkan Nabi Isa putra Maryam as.
pernah berkata:
“...jangan
melihat perbuatan salah orang lain seolah-olah engkau adalah raja. Lihatlah
perbuatan salahmu seolah engkau adalah hamba”
Kita yakin bahwa Hadis ini memberikan
kita cara yang sangat bagus untuk memandang segala sesuatu dan ini membuat kita
rendah hati dan menyadari posisi kita, dan kita InsyaAllah tidak menjadi riya.
Ini pula menjadi pengingat untuk tidak melihat kesalahan orang lain seolah kita
yang paling sempurna ataupun kita tidak pernah berbuat salah dan merasa kita
paling hebat. Meskipun Nabi Suci Muhammad telah diselamatkan dari segala
kesalahan, namun Beliau tetap mohon ampun kepada Allah Sang Pencipta. Nabi
adalah hamba Allah yang sangat mulia dan Beliau dipilih untuk mengajarkan
firman-firman Allah bagi kehidupan manusia.
Marilah kita cerna Hadis yang
diriwayatkan oleh Tarmidzi;
Nabi
Suci Muhammad bersabda; “Setiap anak Adam melakukan kesalahan, dan
sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat”
Setiap anak Adam melakukan kesalahan. Siapakah itu?
Tiap-tiap insan manusia, semua dan kita termasuk di dalamnya. Ini artinya tak
peduli betapa sempurnanya kita merasa diri ini, ataupun betapa tinggi kita
merasa pada diri kita ini, namun harus disadari bahwa kita mesti sudah pernah
satu kali atau bahkan merasa lebih dari satu berbuat salah. Pernahkah kita
menghitung berapa kali kita berbuat salah kepada orang lain? Orang lain itu
mungkin orang tua kita, saudara, teman ataupun ciptaan Tuhan lainnya. Bukankah
salah kita tidak terhitung banyaknya? Astagfirullah.
·
Jika
sesorang insyaf kekhilafannya dan menyesali perbuatannya, kita wajib untuk
memafkannya. Mengapa? Kitapun tidak
selalu benar dan kita mesti pernah melakukan suatu kesalahan, kita wajib
memberikan maaf. Namun apabila kita tidak memaafkannya, berarti kita menolak
seseorang yang menurut Nabi Suci orang
terbaik di antara para pelaku kesalahan dan bertaubat akan kesalahannya.
·
Dan
apabila kita sendiri melakukan kesalahan menyesal perbuatan kita, kita wajib
meminta maaf. Allah mencintai hamba-Nya yang bertaubat.
·
Jika
seseorang bersalah kepada kita, namun dia tidak menyesal kekhilafannya dan
minta maaf ataupun berpura-pura tidak terjadi apa-apa, janganlah berkecil hati.
Ingatlah firman Tuhan dalam Surat Ali
Imran (3); 159
“....
Maka maafkanlah mereka dan mohonlah ampun bagi mereka...”
Bagaimanapun kita wajib
memaafkan mereka. Abaikanlah kesalahan mereka, kemudian mohonkan ampunan dari
Allah. Sebenarnya Allah ingin kita meminta ampunan atas nama mereka.
Nabi bersabda;
·
Jika seseorang bersedekah, itu tidak akan
mengurangi kekayaannya
·
Jika seseorang memaafkan orang lain, Allah
melimpahkan lebih banyak kehormatan
·
Jika seseorang merendahkan diri hanya demi
Allah, Ia mengangkat (derajatnya) lebih tinggi lagi (HR. Muslim)
Jadi, asalkan kita bersedekah dengan
ikhlas, memaafkan orang lain, merendahkan diri, Sang Pemilik Alam Semesta akan
melimpahkan banyak kehormatan. Subhanallah
Sebuah Gelas Cinta
Gelas
cinta pemberian Allah Sang Pemberi Rahmat dan Cinta-kasih
Kuisi
apakah gelas-Mu ya Robbi
Ya
Robbi, Sang Penyayang
Harus
kuisi gelas cinta-Mu, sedangkan
Dahaga
dan lapar, pedih dan perih perjalanan hidup ini
Hujan,
panas, angin topan menembus kulitku
Wahai hamba-Ku,
Gelas itu......
Taburi cinta dengan senyum tulus dari
hatimu,
Padukan tawa dan keramahan
Lelehkan kebencian dalam hatimu yg
paling dalam
Bubuhkan lagu maaf dan aduk bersama-sama
Kausuguhkan gelas yang penuh cinta itu
kepada siapa saja yang memerlukan.
Maka......
Surga-Ku dunia dan akhirat, Aku
anugerahkan kepadamu ya hamba-Ku yang tulus
Amiin.
Saudara-sudaraku yang
dimuliakan Allah
Marilah kita berusaha mengisi gelas
cinta itu dengan mohon kekuatan lahir dan batin dari Sang Pencipta, Sang Maha
Kasih dan Maha Pemberi, dan mohon pula dihindarkan atau dapat melawan setan
yang selalu menghalangi perjalanan hidup kita. Dia, Tuhan kita, adalah
satu-satunya tempat kita mohon dan berlindung.
Ridho-Mu
ya Allah.
InsyAllah bekal yang kita perlukan
sebagai penumpang kereta yang berangkat ke kehidupan abadi tergegam ditangan
dan cukup menuju pangkuan-Mu.
Amin
Ya Robb al-’Alamin.