Beramal

Tujuan yang hendak dicapai manusia dalam beribadah hanyalah mendapatkan ridha Allah Swt. Oleh sebab itu bila suatu amal diniatkan bukan untuk mencari ridha Allah, maka ia tidak bernilai sama sekali. Tujuan yang ihklas berarti mengikhlaskan semua aktifitas demi untuk mendekatkan diri hanya kepada-Nya saja, dan surga dunia – akhirat terbuka baginya.  Beramal soleh atau sedekah ataupun disebut pula memberikan dengan tulus ihklas bagi mereka yang sangat membutuhkan ataupun bagi perjuangan menegakkan kebenaran Islam adalah pintu surga bagi mereka yang berjiwa luas. Hadiahkanlah sesuatu dengan ihklas karena Allah meskipun hanya seteguk air, sebiji kurma ataupun sesuap nasi. Berikanlah pula senyummu yang tulus ataupun kunjungi, juga hiburlah yang sedang berbaring sakit ataupun menderita, karena itupun amal perbuatanmu yang sangat berarti bagi mereka, dan jangan lupa doakan yang terbaik bagi mereka dari Allah Yang Maha Agung. Sesungguhnya usaha untuk berbuat kebaikan atau beraktifitas dengan ihklas hanya karena Allah semata akan digantikan oleh-Nya dengan kelapangan dada serta kebahagiaan batin.   Amiin

1. Berakhlak Mulia  
Ketinggian dan keluhuran pribadi Nabi Suci Muhammad Saw mencapai puncaknya sedemikan tingginya sehingga Ali bin Abi Thalib (sahabat Nabi) ditanya tentang ahlak Nabi Suci, dia menjawab: “Bagaimana aku bisa menggambarkan ahlak Rasullah Saw sedangkan Allah sendiri telah telah memberikan kesaksian mengenai keagungan ahklak Beliau dengan firman-Nya di dalam Al-Quran’
            Surat Al-Qalam (68); 4
            “Dan sesungguhnya engkau mempunyai ahlak yang agung”   
Ahlak yang bagaimana seharusnya kita perlu miliki untuk dapat disebut berahlak mulia?

·         Ihlas
            Surat Az-Zumar (39); 2     
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepada engkau dengan Kebenaran, maka mengabdilah kepada Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam kepatuhan.
            Surat Al-Bayyinah (98); 5
Dan mereka tidak disuruh selain supaya mengabdi kepada Allah dengan ikhlas patuh kepada-Nya, dengan lurus, dan supaya menegakkan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang benar.
Dari kedua surat tersebut bahwa kepatuhan dengan iklas kepada Allah merupan sesuatu yang sangat penting dalam ibadah kita.
Allah Swt menurunkan agama untuk manusia sehingga ia mampu menuaikan peran, tugas ataupun kewajibannya. Manusia akan mampu dan selamat bila menjalani kehidupannya sesuai dengan sistem dan aturan Allah dan tunduk patuh dengan ikhlas akan kemauan-Nya. Pendek kata, manusia hanya hidup bersama kemauan dan keridhan Allah semata, Itulah pribadi muslim yang benar.
·         kebersihan atau menyucikan diri.
            Surat Al-Muddastsir (74); 4, 5
Dan pakaian dikau bersihkanlah (ayat 4)
Dan jauilah kekotoran (ayat 5)
Surat Muddastsir merupakan Wahyu kedua. Sangat boleh jadi selang antara Wahyu pertama dan kedua ini enam bulan, selang waktu 6 bulan, Nabi Suci sangat berduka cita dan terasa berat sekali karena selang waktu tersebut. Setelah waktu selang berlalu, Malaikat Tuhan mendatangi Beliau, yang sedang menyelubungi diri. Dan Nabi Suci diperintahkan supaya giat beribadah untuk dapat mencapai kesempurnaan dan Beliau diperintahkan untuk menyampaikan Risalah supaya umatnya menuju kesempurnaan.
Membersihkan pakaian bukan hanya mengenai penyucian lahir, malainkan pula penyucian hati, sebagaimana diterangkan dalam ayat 5 yang memerintahkan menjauhi kekotoran. Dan sangatlah beruntung bagi siapa saja yang mau menyucikan dirinya dalam kehidupannya.
            Surat Al-A’la (87); 14
Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya
·         Tidak mementingkan diri sendiri.
            Surat Al-Insan (76); 8,9
Dan mereka memberi makan, karena cintanya kepada-Nya, kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan (8)
Kami memberi makanan kamu hanya karena perkenan Allah, Kami tak menginginkan pembalasan dan tak pula terima kasih (9)
Memberi makan kepada yang membutuhan seperti orang miskin, membantu anak yatim dll, merupakan melayani sesama manusia. Mereka sekaligus berbakti kepada Allah dan melayani saudara-saudaranya. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa ayat-ayat ini sedang membicarakan kecintaan kepada Allah. Manusia mengabdi kapada Allah demi cintanya kepada-Nya, tetapi Qur’an mengharuskan melayani sesama manusia demi cinta kepada Sang Pencipta. Apabila kita ini cinta kepada Allah, marilah kita melayani sesama manusian, dan jadilah kita manusia ahli perbuatan.  
·         Sabar dan mengampuni
            Surat Asy-Syura (42); 43
“Dan barang siapa sabar dan memberi ampun, sesungguhnya adalah golongan perkara yang harus diniati dengan kuat”.
            Surat An-Nisa (4); 149
“Jika kamu menjalankan kebaikan atau menjalankan itu secara rahasia, atau kamu mengampuni suatu kejahatan, maka sesungguhnya Allah itu senantiasa Yang Maha-pengampun, Yang Maha-kuasa”.
Allah berfirman bahwa umat Muhammad wajib berhati sabar juga selalu memberi ampun mereka yang berbuat kejahatan atau kesalahan. Selain Allah akan mengampuni dosa kita bahkan Allah Yang Maha–kuasa juga akan menganugerahi ganjaran yang baik kepada kita.
Amiin.

Yang jelas Islam tidak hanya ada pada ucapan dan keyakinan tetapi harus terlihat pada perilaku kehidupan para penganutnya. Tidaklah mungkin seorang menjadi muslim dan tetap dalam ke-islamannya dengan hanya iman taqwanya, amal ibadahnya namun mereka wajib memiliki ilmu pengetahuan tentang ajaran Islam itu sendiri. Muslim yang sebenarnya adalah mereka yang mengetahui makna Islam dan mempelajarinya dengan penuh keihklasan atau penuh kesadaran serta mengamalkan dengan baik, benar, dan lengkap utuh, tidak sebagian-sebagian dan tak ketinggalan pula ahlak yang luhur.