Sehat dan Sakit Sebagai Ujian

Alhamdulillahi rabbi’alamin, kita panjatan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi atas segala limpahan rahmat-Nya kepada kita semua. Selawat dan Salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau serta pula pengikutnya sampai akhir zaman. Amin.

Alangkah bahagianya kita ini telah mendapat nikmat sehat, bisa melakukan apa yang kita inginkan demi ibadah kita kepada Sang Pencipta. Bukan hanya raga yang sehat namun jiwa ruhani kita sehat pula.

Sakit sebagai Ujian
Sakit merupakan suatu kondisi alamiah yang acapkali menghiinggapi setiap kehidupan manusia. Semua tentu pernah mengalami sakit dan ia harus memiliki kesiapan jiwa untuk menghadapi datangnya ujian sakit ini. Sakit dan sehat itu hakikatnya merupakan ujian. Dalam beberapa hadits disampaikan bahwa penyakit yang diturunkan Allah SWT, pasti disertakan obatnya, sebab penyakit yang diderita hamba-hamba-Nya itu merupakan cobaan begitu pula kesehatan
Allah berfirman dalam Surat Al-Anbiya’(21): 35;
“Tiap-tiap jiwa pasti merasakan mati. Dan Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada Kami kamu akan dikembalikan”
             
Berbicara tentang obat, Muhammad Rasululloh SAW bersabda:
“Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kamu. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit melainkan Dia juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya) yaitu penyakit tua (HR At-Tirmidzi).

“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit melainkan Dia menurunkan obatnya, maka berobatlah kamu” (HR Ahmad)

Manusia kadang-kadang sampai pada titik kebosanan dalam berobat, karena telah banyak tempat atau orang dikunjungi, baik secara medis, tradisional ataupun secara alternative, namun kesembuhan tidak kunjung datang. Hal ini bukannya tidak ada obat bagi penyembuh penyakitnya, namun dia mungkin belum mendapatkan obatnya ataupun dia tidak mengatahuinya. Nabi menganjurkan umatnya berobat untuk mencari kesembuhan dengan cara apapun asal tidak bertentangan dengan akidah Islam yang dianutnya (halal dan haram). 
Kita tahu semua bahwa kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang dianugerahkan kepada kita yang tidak terhingga nilainya, namun ketika sehat, kadang-kadang kita merasa tidak akan pernah sakit. Kita baru merasakan pentingnya sehat apabila Allah telah mengambil nikmat sehat dan menurunkan suatu penyakit kepada kita. Itulah sebabnya Rasululloh bersabda mengingkatkan hamba-hambanya agar senantiasa menjaga kesehatan sebelum datangnya suatu penyakit menimpa diri hamba-hambanya.  
Dalam sebuah hadits Rasullulloh bersabda:
            “Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya lima perkara.
·         Pergunakanlah kesehatanmu sebelum datang sakitmu.
·         Pergunakanlah waktu lapangmu sebelum datang waktu sibukmu.
·         Pergunakanlah waktu mudamu sebelum datang masa tuamu.
·         Pegunakanlah kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu.
·         Pergunakanlah masa mudamu sebelum datang saat kematianmu.
(HR Al-Baihqi)

Kita ulangi lagi bahwa sakit dan sehat itu hakekatnya adalah ujian, dimana kita dituntut untuk selalu menilainya positif. Janganlah berburuk sangka kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ketika Dia menimpakan ujian sakit kepada kita. Kita memerlukan kesiapan jiwa untuk menyambut kehadiran penyakit. Kesiapan jiwa itu akan menjelma menjadi sikap sabar dalam menghadapi kedatangan sakit tersebut dan bersikap positif.

Tingkat kesabaran menerima cobaan atau ujian sakit
Sakit atau sehat bagi seorang mukmin sama baiknya, karena keduanya datangnya dari Allah SWT yang kuasa memberi manfaat ataupun mudharat bagi hamba-Nya. Segala sesuatu yang datang dari Allah pasti mengandung kebaikan, hikmah, dan bagi seorang mukmin akan menerima cobaan-Nya dengan segala kesabaran.
Rasululloh bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sungguh semua perkara baginya adalah kebaikan dan hal itu tidak dimiliki siapapun kecuali seorang mukmin. Jika ia diberi sesuatu yang menyenangkan maka ia bersyukur sehingga itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa sesuatu yang menyusahkan ia bersabar sehingga itu merupakan kebaikan baginya” (HR. Muslim)
  
Diantara kebaikan yang diterimanya dalam kondisi menderita penyakit ialah penyakit itu dapat menjadi kaffarat (penghapus dosa) karena diantara dosa dilakukan manusia ada yang tidak dapat dihapus kecuali dengan penyakit. Janganlah pernah bersedih dengan sakit yang sedang menimpa, sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang sakit yang tidak tenggelam dalam rasa sedihnya.
Sebuah hadits di bawah ini, Rasululloh SAW bersabda:
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa penderitaan berupa penyakit atau perkara lainnya, kecuali Allah hapuskan dengannya kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya”
(HR. Bukhari dan Muslim) 
  
Namun demikian, kesabaran seseorang tidak sama menghadapi penyakit yang menimpa pada dirinya.
Ada beberapa tingkat kesabaran seseorang menghadapi sakit:
Pertama: Ada orang yang tertimpa sakit, dia bersabar dan pasrah dengan kondisi yang diterimanya tanpa berusaha mencari penyelesaian kesembuhannya.
Dia menunggu keajaiban yang akan diberikan oleh Allah SWT. Barangkali orang ini berpendapat bahwa takdir sudah menentukan keputusan baginya, kalau Allah memberikan takdir kesembuhan dia akan sembuh, dan jika takdir Allah memutuskan ia belum sembuh, maka ia tidak akan sembuh. Sifat ini tanpa disadari merupakan penolakan terhadap kemurahan Allah yang telah menyiapkan obat dari semua penyakit.
Kedua: Salah dalam mencari solusi penyembuhannya.
Ia beranggapan bahwa segala penyakit pasti ada obatnya sehingga kesembuhan dengan cara apapun adalah bagian dari janji Allah tersebut. Maka dari itulah banyak orang memilih jalan pintas tanpa memikirkan dampak terhadap akidah – halal dan haram, serta keimanannya, dan mereka berprinsip pokoknya sembuh, sehingga bisa berakibat orang terjebak dalam praktek pengobatan yang sesat.
Rasululloh bersabda:
            “ Berobatlah dan janganlah kamu berobat (dengan sesuatu) yang haram”
 (HR. Abu Daud)
Ketiga: Tingkatan ini adalah orang yang sabar dalam menerima cobaan sakit dan juga bersabar dalam mencari kesembuhan.
Dia akan menempuh cara-cara mencari kesembuahn secara logis dan ilmiah serta disertai berserah diri kepada Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Pemberi Petunjuk. Jika ia tidak berhasil, ia akan menyadari barangkali Allah belum memberikan izin untuk sembuh atau barangkali dirinya yang telah melakukan suatu kesalahan atau dosa, sedangkan penyakit yang dideritanya merupakan bentuk kaffarat (penebus dosa). Lalu ia berusaha lebih mendekatkan diri dan berserah diri kepada Sang Pencipta serta diikuti permohonan maaf.
Rasululloh Saw. bersabda:
Ketahuilah, bahwa bersabar atas apa yang tidak kamu senangi itu mengandung banyak kebaikan, kemenangan itu disertai dengan kesabaran. Terdapat solusi dalam setiap masalah. Dan di dalam kesulitan ada kemudahan” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas)

Mereka yang berbaring sakit dan membaca secuil catatan ini, semoga bisa mencari solusi penyembuhan secara Islami tanpa meninggalkan kaidah Islam ataupun keimanan kita. Dan harapan kami bacaan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Mohonku kepada-MU ya Robbi

Berilah kami kesehatan jasmani dan rohaniku untuk bisa lebih baik dalam ibadahku kepada-Mu