Bersabar dan Bersyukurkah aku?

Bila ujian mendera kita, bersabarlah. Bersabar adalah merupakan salah satu cirri umat Muhammad menghadapai kesulitan. Dia akan berlapang dada dan mempunyai ketabahan yang besar. Mengapa? Ini semua disebabkan karena yakin akan dapat solusinya.  Allah selalu bersama dan menjanjikan kita mampu menyelesaikan sesuai dengan kemampuan kita
Surat Al-Baqarah (2); 286
            “Allah tidak membebani suatu jiwa kecuali menurut kemampuannya”
Dan doa dipanjatkan kepada-Nya:
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyiksa kami bila kami lupa atau berbuat kesalahan  
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan beban kepada kami seperti telah Engkau pikulkan kepada orang-orang sebelum kami.
Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kesusahan kepada kami yang kami tidak kuat memikul itu.
Dan ampunilah kami.
Dan berilah kami perlindungan.
Dan belas kasihanilah kami.
Engkau adalah Pelindung kami, maka tolonglah kami mengalahkan kaum kafir

Surat Al-Insyirah (94); 1-8
1.    Bukanlah kami telah melampangkan bagi engkau dada engkau.
2.    Dan menghilangkan dari engkau beban dikau.
3.    Yang memberatkan punggung engkau.
4.    Dan Kami tinggikan untuk engkau sebutan dikau.
5.    Sesungguhnya beserta dengan kesukaran adalah kemudahan.
6.    Sesungguhnya beserta dengan kesukaran adalah kemudahan.
7.    Maka jika kamu sudah bebas (dari keprihatinan) bekerjalah sekeras-kerasnya.
8.    Dan jadikanlah Tuhan dikau sebagai satu-satunya tujuan.
            Dengan keyakinan yang penuh di kalbu, maka kita mampu bertarung melawan setiap musibah dengan perisai kesabaran. Marilah bersabar karena Allah semata. Ini adalah kesabaran orang yang yakin akan datangnya pertolongan Allah yaitu kemudahan. Seberapapun besar cobaan yang kita hadapi, In Shaa Allah terselesaikan karena datang kemudahan, karena kemenangan datang bersamaan dengan kesabaran. Amiin Ya Rabb al’Alamin

Bagaimana mendapatkan kesadaran ‘bersyukur’
Dengan segala kesadaran nikmat Allah, insyaAllah akan terasa tambahnya nikmat dan karunia Allah meresap didalam kalbu
1.    Memyadari akan mendapatkan rahmat yang berlimpah
Surat Ibrahim (14); 7
“.... jika kamu bersyukur, niscaya Aku berikan kepada kamu lebih banyak lagi; dan jika kamu kafir, maka sesungguhnya siksaan-Ku dahsyat”. 
Allah Yang Maha-agung telah melipat gandakan nikmat-Nya yang tidak terhitung dari ujung rambut sampai keujung kaki bila kita selalu bersyukur kepada-Nya dengan apapun yang terjadi yang menimpa kita baik susah ataupun senang. Apakah kita sadar bahwa sebenarnya kita telah menguasai kehidupan dengan mendapatkan anugerah karunia  Allah berupa kesehatan badan, udara, air dan apapun yg kita butuhkan dalam hidup ini, namun tak pernah mengetahui ataupun merasakan bahkan berterima kasihpun lupa. Astaqfirullah.
Surat Ibrahim (14); 34
“..... Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tak akan dapat menghitungnya.  Sesungguhnya manusia itu lalim tak tahu berterima kasih”
Sadarkah, kita bisa tidur dengan nyenyaknya, sedangkan saudara-saudara kita tidak mampu tidur karena sakit menderanya atupun ketidak mampuan membeli sehelai tikar untuk membaringkan badannya? Ataukah kita tidak merasa diri hina, dengan makan sekenyangnya sedang banyak saudara kita lapar haus tak terhingga?
2.    Berbuat baik kepada siapapun
Marilah saudaraku, kita berbuat baik kepada siapa saja dan menolong mereka yang sangat membutuhkan pertolongan dan uluran tangan kita. Denga berbuat atau membantu orang yang memerlukan uluran tangan akan terasa dalam kalbu kita indahnya membantu dan makin bertambah syukur kita. Kita melakukan karena Allah semata bukan untuk dipuji. Dan ketahuilah tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. 
Perbuatan baik itu bagaikan wanginya surga yang mendatangkan keharuman bagi pemakai juga bagi mereka yang berada disekitarnya.  Dengan berbuat baik akan berdampak positif kepada sekitar kita yaitu keluarga ataupun tetangga, begitu juga teman-teman kita.
Amiin Ya Allah.
3.    Menyucikan harta.
Menyedekahkan rizqi yang dititipkan Allah kepada kita membuat jiwa yang rapuh ini akan penuh nikmat karena harta kita dibasuh, serta harta yang tersisa adalah harta halal yang  dipergunakan untuk bekal diakhirat mengikuti jejak Rasul Muhammad yang membuka pintu surga bagi umat Baliau, dengan penuh senyum memenuhi panggilan Allah: 
“Ya ayyuhal nafsul muthma’innah, irji’I ila rabbiki radhiyatan madhiyah .... fadkhuli fi ‘ibadi wadkhuli jannati .... “         
Amiin, ya Allah, masukkan kami kedalam hamba-hamba-Mu yang tulus,       Amiin, ya Allah, masukkan kami kedalam surga–Mu yang penuh rahmat
            Amiin, ya Allah, getarkan kalbuku merindu dan mengingat-Mu   
Amiin, ya Allah, penuhi jiwaku dengan kenikmatan syukur

Marilah kita baca dan renungkan kalam Allah dalam  Surat Al Baqara (2); 3, 4, 5
“Yang beriman kepada yang Gaib dan menegakkan salat dan membelanjakan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka. Dan yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau dan tentang Akhirat mereka yakin. Mereka itulah yang berada di jalan yang benar dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang yang beruntung”
Membelanjakan apa yang Kami berikan berarti”; Rizqi itu pada hakikatnya berasal dari Allah yang wajib kita berikan bagi mereka yang membutuhkan. Rizqi itu harus didapat dengan kerja keras dengan menggunakan akal kita yang sempurna yang dikarunikan Allah kepada kita. Dan yakinlah hal ini akan berujung dengan pada rahmat Ilahi, kasih sayang dan hidayah-Nya. dan kita termasuk orang yang beruntung karena kita merasakan nikmat Allah berupa rasa syukur.
Masih imgatkah kita akan kalam Ilahi yang bermakna:
Katakanlah: Allah melapangkan rizqi bagi siapa yang Ia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang apa saja yang kamu belanjakan, maka Allah akan menggantikannya. Dan Dia-lah Pemberi Rizqi yang sebaik-baiknya”
Katahuilah bahwa lapang dan sempit adalah ujian dari Allah. (Surat A’Fajr ; 15,16). Bersyukurkah kita apabila kenikmatan itu datang kepada kita ataukah kita tetap bersabar dalam bentuk musibah atau apapun itu sebagai ujian? 

Kesabaran, keridhaan dengan ihklas terhadap pemberian, keputusan, penciptaan serta pengaturan Ilahi Rabbi itu membuahkan rasa syukur yang tak terhingga dan tak ternilai karena rasa syukur itu hakikat dari keimanan itu sendiri. Mereka termasuk orang yang beruntung dan menikmati hidup sesungguhnya yang hanya inginkan surga dunia dan akhirat menjadi kekasih Allah.